Seorang pejabat Hamas, Kamis (28/12), mengatakan kelompok militan Palestina itu "terbuka terhadap ide atau usulan apapun untuk menghentikan agresi terhadap rakyat kami di Jalur Gaza, secara secara menyeluruh dan pasti.”
Osama Hamdan mengatakan kelompok itu tidak tertarik dengan "penghentian agresi secara parsial atau sementara," dan menegaskan kembali posisi resmi kelompok itu, bahwa sandera masih ditahan di Gaza, hanya akan dibebaskan setelah gencatan senjata permanen diterapkan.
"Mengenai inisiatif dan proposal politik yang sedang dibicarakan, pertama-tama kami tegaskan keterbukaan gerakan ini terhadap setiap ide atau proposal untuk menghentikan agresi terhadap rakyat kami di Jalur Gaza secara menyeluruh dan pasti. Rakyat kami tidak menginginkan penghentian sementara, melainkan penghentian agresi secara menyeluruh," imbuhnya.
Hamdan menyampaikan hal ini untuk menanggapi pertanyaan dalam konferensi pers tentang diskusi yang sedang berlangsung mengenai peta jalan untuk mengakhiri perang Israel-Hamas, termasuk proposal yang diusulkan Mesir baru-baru ini.
Mengenai pemerintahan pasca-perang di daerah kantong tersebut, Hamdan mengatakan hal itu akan menjadi "keputusan rakyat Palestina sendiri," dan bahwa rakyat Palestina di Gaza tidak akan "menerima kepemimpinan yang didukung Zionis, atau Amerika Serikat (AS), atau di bawah perlindungan negara-negara itu."
Dia menggarisbawahi kembali bantahan kelompok itu terhadap klaim juru bicara Garda Revolusi Iran pada Rabu (27/12), yang mengatakan serangan 7 Oktober diluncurkan sebagai pembalasan terhadap pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani, Kepala Pasukan Quds elit Iran, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat di Irak pada 2020. [em/jm]
Forum