Hamas mengatakan pada Sabtu (27/4) bahwa mereka telah menerima tanggapan resmi Israel terhadap proposal gencatan senjata terbarunya. Wakil Ketua Hamas Khalil Al-Hayya mengatakan pihaknya akan mempelajarinya sebelum mengajukan jawabannya.
“Hamas hari ini telah menerima tanggapan resmi dari pendudukan Zionis terhadap proposal yang disampaikan kepada mediator Mesir dan Qatar pada 13 April,” Khalil Al-Hayya, yang saat ini berbasis di Qatar dalam sebuah pernyataan.
Setelah lebih dari enam bulan berperang dengan Israel di Gaza, perundingan masih menemui jalan buntu. Hamas tetap berpegang pada tuntutannya bahwa perjanjian apa pun harus mengakhiri perang.
Delegasi Mesir mengunjungi Israel untuk berdiskusi dengan para pejabat Israel pada Jumat (26/4), mencari cara untuk memulai kembali perundingan guna mengakhiri konflik dan mengembalikan sisa sandera yang disandera Hamas, kata seorang pejabat yang mengetahui pertemuan tersebut.
Pejabat tersebut, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa Israel tidak memiliki usulan baru untuk diajukan. Namun, pihaknya bersedia untuk mempertimbangkan sebuah kesepakatan gencatan senjata yang bersifat terbatas, yang melibatkan pembebasan 33 sandera oleh Hamas. Hal ini menjadi perbandingan dengan usulan sebelumnya yang membahas pembebasan 40 sandera.
Pada Kamis, Amerika Serikat (AS) dan 17 negara lainnya meminta Hamas untuk membebaskan semua sandera sebagai jalan untuk mengakhiri krisis ini.
Hamas menegaskan bahwa meskipun tidak akan tunduk pada tekanan internasional, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat, mereka menyatakan terbuka untuk menerima ide atau proposal apapun yang memperhitungkan kebutuhan dan hak-hak rakyat mereka.
Namun, mereka tetap berpegang pada tuntutan utamanya yang telah ditolak oleh Israel. Mereka juga mengecam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh AS dan negara lain karena tidak menyerukan gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Mengutip dari dua pejabat Israel, Axios melaporkan bahwa Israel menyampaikan kepada mediator Mesir pada Jumat bahwa mereka bersedia memberikan "kesempatan terakhir" dalam perundingan sandera untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas sebelum memulai invasi ke Rafah. Rafah merupakan tempat perlindungan terakhir bagi sekitar satu juta orang di Gaza. Warga Palestina telah melarikan diri lebih jauh ke utara di Gaza saat awal perang, menghindari pasukan Israel.
Sementara itu, di Rafah, pejabat kesehatan Palestina mengatakan serangan udara Israel terhadap sebuah rumah menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai lainnya. [ah/ft]
Forum