Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara anggota ASEAN+3 – atau negara-negara anggota ASEAN ditambah China, Jepang dan Korea Selatan – hari Kamis (12/5) sepakat untuk memperdalam kolaborasi melalui “Chiang Mai Initiative Multilateralization” (CMIM), ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Asian Bond Markets Initiative (ABMI) dan ASEAN+3 Future Initiatives.
Dalam pernyataan pers yang diterima VOA, disampaikan bahwa perekonomian ASEAN+3 ketika menghadapi tantangan akibat perebakan luas pandemi virus corona terbukti tangguh. Fokus untuk meningkatkan vaksinasi dan adopsi berbagai langkah untuk meminimalkan dampak COVID-19 pada perekonomian, serta upaya pemulihan segera membuat pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 pada tahun 2021 tetap kuat, yaitu di kisaran 6%.
“Namun normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara maju yang lebih tajam dari perkiraan, gangguan rantai pasok yang berkelanjutan, dan kenaikan harga pangan serta energi yang diperparah oleh konflik Rusia dan Ukraina saat ini, dapat menimbulkan risiko penurunan terhadap prospek perdagangan, investasi, pertumbuhan, dan inflasi di kawasan,” tambah pernyataan itu.
Indonesia Usulkan Tiga Strategi Saat Susun Kebijakan
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani dalam pertemuan virtual ini menyampaikan tiga hal yang harus diperhatikan setiap negara ketika menyusun kebijakan untuk mengatasi tantangan saat ini, yaitu kebijakan untuk melindungi kelompok rentan, melindungi dan menjaga momentum ekonomi, dan mengembalikan kekuatan instrumen fiskal.
Khusus untuk memperkuat kerjasama keuangan di kawasan itu, Sri Mulyani mendorong penguatan AMRO sebagai lembaga yang memantau dan mengevaluasi stabilitas ekonomi makro di kawasan, sekaligus memberi rekomendasi yang lebih kredibel dalam pengambilan keputusan terkait “Chiang Mai Initiative Multilateralization” (CMIM). CMIM adalah fasilitas jaring pengaman stabilitas keuangan di kawasan itu.
AMRO: Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 Jadi 4,7% pada 2022
ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memperkirakan pada tahun 2022 ini ekonomi ASEAN+3 akan tumbuh 4,7% dan diproyeksikan mencapai 4,6% pada tahun 2023. Inflasi inti (core inflation) untuk kawasan ASEAN+3 diperkirakan meningkat menjadi 3,5% pada tahun 2022 ini, dan moderat menjadi 2,3% pada tahun 2023.
“Peningkatan inflasi tahun ini mencerminkan efek skenario low-base, penghapusan subsidi energi dan beberapa produk penting, serta kendala dari sisi pasokan yang mendorong naiknya harga bahan baku, energi, transportasi, dan makanan. Prospek inflasi bergantung pada perkembangan harga komoditas global dan kekuatan pemulihan ekonomi,” demikian petikan pernyataan seusai pertemuan virtual yang pelaksanaannya bersamaan dengan KTT AS-ASEAN di Washington DC itu.
Sri Mulyani mengapresiasi upaya ASEAN+3 mengembangkan inisiatif-inisiatif baru dalam mengatasi pembiayaan infrastruktur, instrumen makro, asuransi bencana, fintech, keuangan digital, dan perubahan iklim.
Selain para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara ASEAN+3, hadir pula Wakil Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB), Direktur Kantor Riset Makroekonomi ASEAN+3 (AMRO), Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN, dan Wakil Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF). [em/pp]