JAKARTA —
Gunung Sinabung, gunung berapi aktif di pulau Sumatera, Indonesia, telah memuntahkan abu selama berbulan-bulan, tetapi letusan mendadak telah menewaskan setidaknya 15 orang.
Para pejabat telah menjelajahi medan letusan pada hari Sabtu dengan hati-hati, tetapi letusan pada hari Minggu dan Senin terus menghambat upaya penyelamatan.
Para korban yang tewas dalam letusan piroklastik terus menerus termasuk sekelompok siswa, gurunya dan seorang wartawan. Tiga penduduk setempat dipercaya sedang mengunjungi makam keluarga juga termasuk yang tewas.
Kelompok siswa dilaporkan tengah membagikan bantuan mewakili Gerakan Siswa Kristen.
Para pejabat mengatakan para korban tidak menghiraukan peringatan untuk menghindari daerah yang berbahaya, termasuk desa Sukameriah, yang berlokasi kurang dari tiga kilometer dari puncak Gunung Sinabung.
Surono, katua Pusat Mitigasi Bencana Vulkanis dan Geologis, mengatakan kantornya telah memperingatkan penduduk setempat selama berbulan-bulan untuk menghindari wilayah tersebut.
"Ini adalah situasi yang sangat buruk tapi sebelum letusan pada tahun 2013, kami terus memperingatkan orang-orang sekitar Sinabung tentang bahaya Sinabung, dan bagaimana mengantisipasi bila ada letusan," kata Surono.
Lebih dari 30.000 orang telah meninggalkan daerah tersebut sejak Gunung Sinabung mulai menyemburkan asap abu, lahar dan bebatuan September lalu.
Aktivitas vulkanis menjadi intensif mulai pertengahan sampai akhir Januari, dengan letusan sebanyak 20 kali setiap harinya sebelum letusan yang mematikan.
Surono mengatakan kantor tempatnya bekerja dan komunitas lokal tetal siaga tingkat tinggi, tapi frekuensi letusan, turun menjadi sepuluh per hari, menunjukkan bahwa tingkat aktivitas vulkanis Gunung Sinabung mungkin telah berkurang.
Indonesia, yang dilintasi oleh jalur patahan tektonis utama yang dikenal dengan Cincin Api Pasifik, adalah tempat dari 129 gunung berapi aktif.
Gunung berapi teraktif adalah Gunung Merapi. Letusan Merapi membunuh lebih dari 350 orang di Jawa Tengah pada tahun 2010.
Bila dua gunung berapi tersebut dibandingkan, Surono mengatakan kecil kemungkinan Sinabung menyebabkan kerusakan seperti Gunung Merapi.
“Merapi, zona bahaya 20 kilometer dari puncak. Sinabung hanya lima kilometer... Kalau dilihat dari kuantitas informasi dan aktivitas vulkanis saya pikir Sinabung tidak bisa disamakan dengan Merapi,” ujar Surono.
Bagaimanapun, besar atau kecil, Surono mengatakan letusan vulkanis selalu berbahaya, khususnya bila warga berada terlalu dekat.
Pada hari Minggu, juru bicara Badan Mitigasi Bencana Nasional mengkonfirmasi wilayah-wilayah sekitar tiga gunung terpisah, di Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur telah dinyatakan dalam siaga tinggi.
Komunitas di wilayah tersebut dianjurkan bersiap-siap evakuasi.
Para pejabat telah menjelajahi medan letusan pada hari Sabtu dengan hati-hati, tetapi letusan pada hari Minggu dan Senin terus menghambat upaya penyelamatan.
Para korban yang tewas dalam letusan piroklastik terus menerus termasuk sekelompok siswa, gurunya dan seorang wartawan. Tiga penduduk setempat dipercaya sedang mengunjungi makam keluarga juga termasuk yang tewas.
Kelompok siswa dilaporkan tengah membagikan bantuan mewakili Gerakan Siswa Kristen.
Para pejabat mengatakan para korban tidak menghiraukan peringatan untuk menghindari daerah yang berbahaya, termasuk desa Sukameriah, yang berlokasi kurang dari tiga kilometer dari puncak Gunung Sinabung.
Surono, katua Pusat Mitigasi Bencana Vulkanis dan Geologis, mengatakan kantornya telah memperingatkan penduduk setempat selama berbulan-bulan untuk menghindari wilayah tersebut.
"Ini adalah situasi yang sangat buruk tapi sebelum letusan pada tahun 2013, kami terus memperingatkan orang-orang sekitar Sinabung tentang bahaya Sinabung, dan bagaimana mengantisipasi bila ada letusan," kata Surono.
Lebih dari 30.000 orang telah meninggalkan daerah tersebut sejak Gunung Sinabung mulai menyemburkan asap abu, lahar dan bebatuan September lalu.
Aktivitas vulkanis menjadi intensif mulai pertengahan sampai akhir Januari, dengan letusan sebanyak 20 kali setiap harinya sebelum letusan yang mematikan.
Surono mengatakan kantor tempatnya bekerja dan komunitas lokal tetal siaga tingkat tinggi, tapi frekuensi letusan, turun menjadi sepuluh per hari, menunjukkan bahwa tingkat aktivitas vulkanis Gunung Sinabung mungkin telah berkurang.
Indonesia, yang dilintasi oleh jalur patahan tektonis utama yang dikenal dengan Cincin Api Pasifik, adalah tempat dari 129 gunung berapi aktif.
Gunung berapi teraktif adalah Gunung Merapi. Letusan Merapi membunuh lebih dari 350 orang di Jawa Tengah pada tahun 2010.
Bila dua gunung berapi tersebut dibandingkan, Surono mengatakan kecil kemungkinan Sinabung menyebabkan kerusakan seperti Gunung Merapi.
“Merapi, zona bahaya 20 kilometer dari puncak. Sinabung hanya lima kilometer... Kalau dilihat dari kuantitas informasi dan aktivitas vulkanis saya pikir Sinabung tidak bisa disamakan dengan Merapi,” ujar Surono.
Bagaimanapun, besar atau kecil, Surono mengatakan letusan vulkanis selalu berbahaya, khususnya bila warga berada terlalu dekat.
Pada hari Minggu, juru bicara Badan Mitigasi Bencana Nasional mengkonfirmasi wilayah-wilayah sekitar tiga gunung terpisah, di Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur telah dinyatakan dalam siaga tinggi.
Komunitas di wilayah tersebut dianjurkan bersiap-siap evakuasi.