Tautan-tautan Akses

Gugus Tugas Virus Corona AS: Amerika Masuki “Fase Maut” Pandemi


Seorang perawat tengah menemani keluarga pasien Covid-19 yang tengah dirawat di St. Jude Medical Center, Fullerton, California, 31 Juli 2020. (AP Photo/Jae C. Hong)
Seorang perawat tengah menemani keluarga pasien Covid-19 yang tengah dirawat di St. Jude Medical Center, Fullerton, California, 31 Juli 2020. (AP Photo/Jae C. Hong)

Seorang anggota penting gugus tugas virus corona dalam pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengatakan negara ini sedang memasuki “fase maut” pandemi COVID-19 yang telah berlangsung hampir setahun.

Berbagai media berita menyatakan Dr. Deborah Birx, koordinator gugus tugas itu, mengeluarkan memo pada hari Senin yang mendesak para pejabat pemerintah agar mengambil “pendekatan agresif yang seimbang” antara PSBB dan mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan virus, termasuk mendesak rakyat Amerika agar mengenakan masker, menjaga jarak sosial dan meluncurkan program pengujian yang agresif.

Koordinator Gugus Tugas Penanganan Virus Corona Gedung Putih, Dr. Deborah Birx, di Gedung Putih, Washington, D.C., Rabu, 30 September 2020. (Foto AP / Carolyn Kaster)
Koordinator Gugus Tugas Penanganan Virus Corona Gedung Putih, Dr. Deborah Birx, di Gedung Putih, Washington, D.C., Rabu, 30 September 2020. (Foto AP / Carolyn Kaster)

Memo Dr. Birx itu bertentangan dengan pernyataan Trump dalam pidato kampanyenya bahwa negara itu hampir mengatasi pandemi, yang telah menewaskan lebih dari 230 ribu jiwa dan membuat lebih dari 9,2 juta warga jatuh sakit, termasuk 84.089 kasus baru dan 557 kematian pada hari Senin, sebut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center.

Perempuan-perempuan hamil lebih rentan terhadap COVID-19 dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil, sebut kajian baru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC).

CDC mendapati bahwa dibandingkan dengan perempuan tidak hamil, perempuan hamil yang terjangkit virus corona lebih besar kemungkinannya memerlukan perawatan intensif dan semakin besar risiko kematiannya. Mereka juga lebih besar kemungkinannya membutuhkan ventilator mekanis untuk membantu pernafasan mereka dan untuk dihubungkan dengan mesin khusus bypass jantung-paru-paru.

Penelitian CDC juga mendapati bahwa minoritas perempuan hamil berisiko lebih besar terinfeksi dan sakit parah karena COVID-19.

Suatu penelitian terpisah CDC juga mendapati bahwa perempuan hamil yang positif terjangkit COVID-19 meningkat risikonya melahirkan bayi prematur.

Nancy Pedroza, 27 tahun, yang sedang hamil di rumah orang tuanya di Forth Worth Texas, di tengah pandemi virus corona, 5 April 2020. (Foto: Reuters)
Nancy Pedroza, 27 tahun, yang sedang hamil di rumah orang tuanya di Forth Worth Texas, di tengah pandemi virus corona, 5 April 2020. (Foto: Reuters)

Dr. Denise Jamieson, kepala jurusan kandungan dan kebidanan di Fakultas Kedokteran Emory University di Atlanta, mengatakan, berbagai penelitian menunjukkan perempuan hamil perlu mengambil langkah pencegahan ekstra untuk menghindari terpapar virus, seperti dengan mengenakan masker dan menjaga jarak sosial, dan bahkan hingga bertindak lebih jauh untuk menghindari pertemuan sosial.

Sementara itu para ilmuwan Inggris telah mendapati bahwa imunitas sel terhadap virus corona yang menyebabkan COVID-19 kemungkinan besar ada pada sebagian besar pasien selama enam bulan setelah mereka pertama kali terjangkit, yang menunjukkan mereka dapat terlindungi dari serangan kedua virus.

Para ilmuwan mendapati temuan itu setelah menganalisis sampel darah dari 100 pasien yang tidak diopname di rumah sakit yang tidak menunjukkan gejala atau memiliki gejala ringan terjangkit COVID-19. Meskipun sebagian kadar antibodi pasien telah berkurang, respons apa yang disebut sel-T, sejenis darah putih yang membentuk sistem kekebalan tubuh manusia, masih dapat dideteksi. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG