Tautan-tautan Akses

Gugus Tugas Akui, Fasilitas Karantina untuk WNI Repatriasi Belum Siap


 Wisma Atlet Kemayoran. (Foto: Courtesy/Kementerian PUPR via BNPB)
Wisma Atlet Kemayoran. (Foto: Courtesy/Kementerian PUPR via BNPB)

Beberapa anak buah kapal (ABK) mengeluhkan ketidaksiapan rumah sakit darurat Wisma Atlet Kemayoran untuk melakukan isolasi. Apa langkah pemerintah?

Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 buka suara terkait keluhan anak buah kapal (ABK), pekerja migran Indonesia (PMI) dan WNI yang baru tiba di Tanah Air dan hendak diisolasi di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran beberapa waktu lalu.

Dalam beberapa video yang beredar di media sosial, terlihat bahwa para ABK dan PMI tersebut sempat terlantar di luar Wisma Atlet karena belum siapnya tempat untuk menampung mereka.

Gugus Tugas memastikan bahwa apa yang telah terjadi tersebut bersifat insidentil. Berdasarkan laporan Wakil Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) RS Darurat Wisma Atlet Brigjen TNI M. Saleh, pada hari Sabtu (14/5) sebanyak kurang lebih 1.000 WNI kembali ke Tanah Air atau repatriasi. Semuanya terdiri dari ABK, PMI dan juga mahasiswa dari berbagai negara, melalui bandara Soekarno Hatta.

Setibanya di kompleks Wisma Atlet, kata Saleh, mereka langsung diarahkan untuk menghuni Tower 9 Wisma Atlet, yang mana tower atau gedung tersebut adalah wisma karantina, bukan rumah sakit. Dalam hal ini tower tersebut memang sifatnya adalah cadangan, belum digunakan atau diaktifkan secara penuh.

"Kami perlu jelaskan bahwa Tower 9 atau Blok C2 ini adalah wisma karantina untuk repatriasi, jadi bukan termasuk RS Darurat Wisma Atlet," jelasnya dalam siaran pers, di Jakarta, Rabu (20/5).

Sesuai kebijakan aturan yang telah dikeluarkan pemerintah Indonesia, beberapa gedung di kompleks Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet disiapkan sebagai lokasi karantina bagi WNI repatriasi dari berbagai negara. Namun ada beberapa tower yang memang belum dioperasikan dan bersifat antisipatif. Artinya tower baru akan diaktivasi ketika terjadi lonjakan peserta karantina, baik dengan status Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun pasien Covid-19.

Selain itu, Gugus Tugas juga menyadari bawa pada saat itu petugas dari TNI, dari KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) maupun dari instansi terkait pun masih sangat terbatas, sehingga kesiapan belum seluruhnya maksimal.

Perbaikan Infrastruktur Telah Dilakukan

Wapangkogasgab RSD Wisma Atlet, Brigjen TNI M. Saleh mengatakan, ia bersama pihak terkait telah melakukan upaya-upaya untuk perbaikan infrastruktur, layanan, fasilitas dan lain-lain secara bertahap. Sehingga kondisinya sudah jauh lebih baik.

“Kondisi sekarang sudah jauh berbeda. Sejak diterima saat pendaftaran, saat pemeriksaan, menjalani masa karantina sampai sembuh sampai dinyatakan bisa meninggalkan Wisma Atlet, semuanya sudah dapat berjalan dengan baik," ungkapnya.

Ia pun meminta kerja sama dari para WNI repatriasi yang baru masuk ke dalam Tower 9 Wisma Atlet agar dengan penuh kesadaran mematuhi aturan protokol kesehatan secara mandiri tanpa harus diarahkan. "Saya menghimbau walaupun tanpa ada tulisan atau pengawasan petugas, siapapun sadar untuk menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan menjaga kebersihan," tuturnya.

Foto2 situasi di Wisma Atlet dan fasilitas karantina bagi ABK, WNI Repatriasi. (Courtesy : BNPB)
Foto2 situasi di Wisma Atlet dan fasilitas karantina bagi ABK, WNI Repatriasi. (Courtesy : BNPB)

Dalam kurun waktu kurang dari seminggu dioperasionalkan, terdapat 2.158 WNI repatriasi yang sudah masuk dan sedang menjalani karantina di wisma karantina, Tower 9 Wisma Atlet Kemayoran.

Melihat kondisi tersebut, Ketua Gugus Tugas Doni Monardo memerintahkan peningkatan layanan, mulai dari sistem penerimaan, pengamanan, dukungan logistik, kesiapan fasilitas dan pemeriksaan laboratorium untuk uji sampel dan tes swab sampai dengan pengembalian atau pemulangan.

Sebagai informasi, data yang dihimpun sementara per 19 Mei 2020 pukul 14.00 WIB didapatkan bahwa pasien rawat inap di RS Darurat Wisma Atlet mencapai 1.167 yang terdiri dari 781 laki-laki dan 386 perempuan. Sedangkan untuk pasien terkonfirmasi positif ada sebanyak 1.043 orang, ODP 89 dan PDP 35 orang.

BP2MI Maklumi Ketidaksiapan Tempat Karantina

Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani cukup mengerti dengan ketidaksiapan fasilitas isolasi bagi WNI khususnya ABK atau PMI yang baru tiba dari luar negeri. Pasalnya, telah terjadi perubahan protokol pada masa pandemi kali ini, di mana semua orang yang tiba di Tanah Air harus langsung diisolasi baik di rumah sakit darurat Wisma Atlet Kemayoran maupun di Asrama Haji demi menekan laju penyebaran Covid-19.

“Kalau misalnya di awal ada yang dianggap kurang dan itu dikritisi, ya saya pikir wajar, karena itu kan kebijakan pertama. Dulunya kan wisma atlet ini kan hanya menampung mereka yang masuk debarkasi khusus untuk WNI yang pulang ke Indonesia, masuk debarkasi dinyatakan positif di bandara, baru mereka ditampung di wisma atlet. Perubahan protokoler kan tidak seperti itu. (sekarang) Siapa yang pulang ke Tanah Air dari bandara langsung di bawa. Jadi kalau misalnya di hari pertama ada ketidaksiapan yang dinilai oleh ABK, saya pikir wajar, dan pasti itu menjadi bahan evaluasi untuk dilakukan pembenahan,” ungkap Benny kepada VOA.

Seorang petugas medis mengecek peralatan medis di rumah sakit darurat untuk pasien COVID-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, 23 Maret 2020. (Foto: Antara via Reuters)
Seorang petugas medis mengecek peralatan medis di rumah sakit darurat untuk pasien COVID-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, 23 Maret 2020. (Foto: Antara via Reuters)

Oleh karena itu berdasarkan laporan yang ia terima baik dari wisma atlet maupun dari asrama haji, ABK dan PMI dilaporkan telah mendapatkan pelayanan yang cukup baik selama dilakukan isolasi.

“Yang pasti saya sudah cek dan dapat informasi di lapangan berapa pun banyak yang dikarantina, jaminan makanan tetap disiapkan oleh pemerintah untuk mereka. Jadi sampai hari ini, itu laporan yang masuk ke saya. Saya kan ingin memastikan bagaimana mereka makannya, bagaimana pelayanan katakanlah asrama haji dan RS darurat Wisma Atlet, tidak ada masalah terhadap pelayanan,” imbuhnya.

Adapun jangka waktu untuk dilakukannya isolasi, Benny mengatakan tidak sampai harus 14 hari. Menurutnya, ketika hasil swab test PCR sudah keluar seharusnya dalam kurun waktu tiga hari mereka sudah diperbolehkan pulang. Namun karena panjangnya antrian di laboratorium, tidak jarang para ABK dan PMI tersebut harus tinggal di wisma atlet selama kurang lebih enam hari.

Lanjutnya, pihaknya sedang meminta kerjasama dengan Kementerian BUMN untuk memfasilitasi moda transportasi baik darat maupun udara untuk mengantar ABK dan PMI ini pulang ke kampung halaman setelah selesai dilakukan isolasi. Hal tersebut, kata Benny masih dalam proses.

Ditambahkannya, sebanyak 223 ABK dan 112 PMI non ABK sudah pulang ke rumah masing-masing. Sampai saat ini, ia belum mengetahui berapa jumlah persis ABK dan PMI yang masih dilakukan isolasi, karena mereka masih tanggung jawab dari Gugus Tugas. [gi/em]

XS
SM
MD
LG