Produsen otomotif AS, General Motors atau GM, yang pertama mendirikan pabrik perakitan mobil di Indonesia, mengatakan tidak mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan otomotif Jepang terutama Toyota, menurut kantor berita Reuters.
Perusahaan Amerika itu akan resmi menutup pabrik itu akhir bulan Juni dan hanya akan mengoperasikan kantor penjualan.
Wakil presiden eksekutif GM Stefan Jacoby -- yang mengelola operasi GM di luar Amerika, Eropa dan Tiongkok -- mengatakan kepada Reuters pihaknya melakukan kesalahan berusaha bersaing dengan para saingannya dari Jepang.
GM mengembangkan Chevrolet Spin untuk pasar Indonesia, seperti yang sukses mereka lakukan di Brazil, tetapi menghabiskan biaya terlalu besar karena harus mengimpor sebagian besar suku cadangnya. Tahun lalu, GM menjual hanya 8.412 unit Spin dan mengekspor hampir 3.000.
Secara keseluruhan, GM menjual kurang dari 11.000 unit kendaraan di Indonesia tahun lalu dengan pangsa hanya 1 persen. Sebagai perbandingan, menurut Reuters, Toyota dan Daihatsu menjual lebih dari 578.000 unit. Perusahaan-perusahaan Jepang menguasai lebih dari 90 persen pangsa otomotif di Indonesia.
GM akan tetap menjual merk Chevrolet di kawasan itu lewat pabriknya di Korea Selatan dan Thailand, menurut suratkabar Wall Street Journal.
Meski menutup pabriknya, Wall Street Journal melaporkan GM masih berencana merakit dan menjual minivan murah di Indonesia bersama mitranya dari China, SAIC Motor Corp. Pabrik itu akan berukuran lebih kecil dan biayanya ditanggung bersama kedua perusahaan sehingga produksi lebih murah.