Fenomena alam gerhana matahari, dimanfaatkan masyarakat dengan berbagai cara. Ada yang datang mengunjungi suatu daerah yang mengalami gerhana matahari total. Ada pula yang memilih melakukan ibadah keagamaan sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu (9/3) sejak subuh hingga pagi menjelang siang hari dipadati masyarakat Jakarta dan daerah sekitar untuk menunaikan sholat gerhana matahari. Imam besar Masjid Istiqlal Profesor Dr Nazaruddin Umar yang bertindak selaku khatib (penceramah) kepada para wartawan mengatakan, manusia harus banyak belajar dari fenomena alam gerhana matahari ini yang merupakan bukti kebesaran Allah Subhana Wa Ta'ala (SWT).
"Gerhana matahari yang terjadi adalah suatu bukti bahwa kita perlu belajar terhadap alam raya. Mereka tunduk tanpa perlu mengulur dan menunda waktu. Itu bukti kesetiaan mereka kepada Allah. Manusia kan suka mengulur waktu. Sholatnya kan juga suka mengulur waktu. Nah mari kita malu terhadap peristiwa yang terjadi ini. Ratusan tahun sebelumnya sudah diprediksi bahwa tanggal bulan tahun sekian akan terjadi gerhana matahari di Indonesia, dan terjadi sekarang," kata Profesor Dr Nazaruddin Umar.
Nazaruddin menambahkan, manusia yang ditugaskan Allah SWT sebagai pemimpin seharusnya mencontoh kepada alam semesta yang setia menjalankan fungsinya masing-masing.
"Jadi janji-janji makrokosmos itu bisa dipegang. Tapi janji manusia? Belum tentu. Peristiwa yang terjadi hari ini mari kita jadikan pelajaran yang berharga buat kita. Bahwa alam raya pun sedemikian setianya disiplinnya, dalam menjalankan perintah Tuhan. Apalagi kita sebagai manusia, sebagai khalifah (pemimpin) di muka Bumi ini ya kan ? Kita malu pada diri kita sendiri. Sudah dilantik menjadi khalifah pemimpinnya mereka, tapi kadang kita tidak menghargai waktu," lanjutnya.
Salah seorang warga asal Jakarta bernama Didi (35 tahun) kepada VOA mengaku lebih memilih untuk beribadah dalam momen gerhana matahari ini. Didi menjelaskan, sholat gerhana matahari adalah sebagaimana di contohkan Nabi Muhammad, dengan melakukan sholat dan berzikir memuji kebesaran Allah SWT. Didi berharap peristiwa gerhana matahari ini membuat masyarakat dunia semakin peduli dengan lingkungan sekitar, mengingat suhu permukaan Bumi yang semakin meningkat.
"Bumi kita itu semakin rapuh. Global warming (pemanasan global) semakin meningkat. Kita berharap semoga masyarakat dunia khususnya Indonesia semakin sadar dengan global warming. Sehingga marilah kita memperbaiki. Misalnya ga pake lagi plastik, menanam pohon yang bisa menambah oksigen. Sehingga emisi keluar angkasa tidak terlalu besar. Sehingga global warming bisa berkurang," kata Didi.
Sementara itu Gandi Wibowo (29 tahun) yang juga warga Jakarta, memanfaatkan fenomena gerhana Mmatahari ini dengan menyalurkan hobinya sebagai fotografer. Gandi sengaja memilih lokasi di balkon lantai 2 Masjid Istiqlal agar dapat leluasa memotret dan menjalani ibadah sholat gerhana matahari.
"Kita ambil momen Gerhana Matahari, tapi berhubung saya orang Islam saya juga 'gak mau ninggalin sholat. Sunahnya kan sholat. Tadinya sih saya mau ngambil (pemotretan) di Monas, cuma di Monas kan ga ada sholat, jadi ya ngambil spot disini aja sekalian," kata Gandi.
Gandi menuturkan, dirinya sejak jauh hari telah mempersiapkan rencana pemotretan gerhana matahari ini, dengan membeli perlengkapan kamera agar dapat memotret momen gerhana dengan aman.
"Untuk yang maksimal dapat, tapi ga dari pertama kali matahari tertutup bulan. Ini kameranya juga ga bagus-bagus amat. Udah ketinggalan zaman. Saya pake lensa tele, kebetulan ini saya beli sengaja buat momen ini. Saya beli yang murah, juga dengan filternya berlapis-lapis. Untuk menangkap matahari," imbuhya. [aw/uh]