Pemerintahan Presiden Donald Trump melanjutkan pembicaraan dengan Taliban mengenai kesepakatan damai di Afghanistan kendati terjadi gelombang kekerasan teroris beberapa hari belakangan ini.
Sebuah ledakan bom mematikan menewaskan lebih dari 60 orang di sebuah pesta pernikahan pada hari Sabtu (16/8) dan lebih banyak lagi pemboman melukai sejumlah orang hari Senin (18/8) di Afghanistan timur, ketika negara itu merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaannya dari Inggris.
Hari Senin (18/8) di Jalalabad, pada peringatan 100 tahun kemerdekaan Afghanistan, 10 bom menghantam restoran dan lapangan umum yang melukai sedikitnya 66 orang.
Ledakan-ledakan itu terjadi kurang dari 48 jam setelah seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya di sebuah pesta pernikahan di Kabul. Ledakan itu, yang diklaim oleh Negara Isl
am atau ISIS, menewaskan 63 orang dan melukai ratusan lainnya.
Pada upacara di Kabul untuk merayakan Hari Kemerdekaan, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bertekad akan membalas dendam pada mereka yang bertanggung jawab atas serangan-serangan itu.
“Sayangnya, musuh negara kita sangat pengecut dan lemah sehingga mereka melakukan serangan teroris brutal pada pesta pernikahan. Mereka menarget warga sipil dan menyerang perempuan dan anak-anak kita. Dengan cara yang brutal, mereka menumpahkan darah bangsanya sendiri. Kami akan membalas pembunuhan massal orang-orang yang tidak berdosa ini,” tuturnya.
Baru-baru ini di Qatar, perwakilan dari Taliban bertemu dalam kapasitas tidak resmi dengan delegasi Afghanistan, untuk membahas diakhirinya kekerasan yang telah mencengkeram Afghanistan selama 18 tahun terakhir. Taliban menolak untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan pemerintah Kabul, tetapi telah bertemu dengan wakil-wakil dari Amerika Serikat.
Utusan pemerintahan Presiden Trump, Zalmay Khalilzad, telah memimpin perundingan AS-Taliban, dan hari Minggu lalu di New Jersey, Presiden Donald Trump menyatakan optimisme dan juga keraguan tentang hasil dialog itu.
“Kami berbicara dengan Afghanistan, baik dengan pemerintah maupun juga dengan Taliban. Diskusi berjalan dengan sangat baik. Kita akan lihat apa yang terjadi. Saya tidak mempercayai siapa pun. Saya ulangi, saya tidak mempercayai siapa pun. Ini adalah situasi yang mengerikan yang terjadi di Afghanistan yang sudah berlangsung bertahun-tahun,” jelasnya.
Para perunding Taliban dan Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir telah berulang kali menegaskan bahwa mereka siap menandatangani kesepakatan damai. Namun kedua pihak mengatakan masih ada “beberapa detail” yang masih perlu dibahas. [lt/ab]