Gedung Putih mengatakan hari Selasa (31/10) bahwa Presiden Donald Trump telah mengembangkan "hubungan hangat" dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte meskipun pemimpin Manila itu telah menyerang Amerika secara kasar.
Pejabat senior Trump, berbicara tentang rincian kunjungan Presiden ke lima negara yang dimulai pada hari Jumat dan termasuk persinggahan di Manila, mengatakan, Trump dan Duterte telah menjalin persahabatan lewat percakapan telepon dan korespondensi.
"Saya rasa ada hubungan hangat dan dia mendambakan pertemuan pertama dengan Presiden Duterte," kata pejabat tersebut.
Pertemuan mereka dijadwalkan pada persinggahan terakhir perjalanan 12 hari Trump yang mencakup kunjungan ke Jepang, Korea Selatan, China, dan Vietnam.
Duterte telah menuduh bahwa Amerika, meskipun telah menjalin hubungan lama dengan Filipina, telah memperlakukan negara itu "seperti anjing," dan setahun yang lalu, sebelum Trump menjabat, mengumumkan "pemisahan “ dari Amerika.
Pemimpin Filipina tersebut marah karena pemerintahan mantan Presiden Barack Obama menyuarakan keberatan atas pembunuhan di luar hukum di negara tersebut yang melibatkan orang-orang yang terlibat dalam transaksi narkoba.
Tetapi Presiden Trump, yang dalam pembicaraan bulan Mei dengan Duterte, memuji kampanye anti-narkobanya, mengatakan bahwa Duterte melakukan "usaha luar biasa dalam masalah narkoba".
Di tempat-tempat lain dalam lawatannya, Presiden Trump berencana memajukan upaya untuk memaksa Korea Utara mengakhiri upaya di bidang senjata nuklir, dan mendorong negara-negara di kawasan tersebut agar mematuhi sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membatasi perdagangan dengan Pyongyang yang dimanfaatkan untuk mendanai uji coba rudal dan nuklirnya. [sp]