Badan antariksa Jepang (JAXA) dengan sengaja menghancurkan roket H3 baru, beberapa menit setelah peluncuran hari Selasa (7/3), karena kegagalan menghidupkan mesin roket tahap kedua pada seri roket baru pertama negara itu dalam lebih dari dua puluh tahun.
Peluncuran ini dilakukan tiga minggu setelah pembatalan peluncuran sebelumnya karena kesalahan lain. Kegagalan dan penghancuran roket H3 ini merupakan kemunduran bagi program luar angkasa Jepang, dan mungkin untuk program deteksi rudalnya. Kantor berita Associated Press melaporkan hal ini menimbulkan kekecewaan penggemar ruang angkasan yang datang untuk mendukung uji coba ulang hari Selasa ini.
Roket H3 yang bermoncong putih meluncur dan terbang ke langit biru dari Tanegashima Space Center di Jepang selatan, sementara para penggemar dan penduduk lokal bersorak-sorai. Roket itu mengikuti lintasan yang direncanakan. Tetapi pada tahap kedua, yaitu pemisahan roket, mengalami masalah karena kegagalan menghidupkan mesin roket, demikian petikan pernyataan Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA).
Pejabat-pejabat JAXA meminta maaf atas kegagalan itu, dan mengatakan telah mengirim perintah untuk menghancurkan roket, sekitar 14 menit setelah lepas landas. Ini dikarenakan tidak ada harapan pesawat itu akan dapat menyelesaikan misinya.
Direktur Implementasi Peluncuran JAXA Yasuhiro Funo mengatakan tahap kedua dan muatannya jatuh ke laut dalam di lepas pantai timur Filipina. Ditambahkannya, roket yang tidak akan memasuki orbit yang ditargetkan saat membawa banyak bahan bakar, tidak aman dan karenanya harus dihancurkan.
Tidak ada kerusakan atau cedera yang dilaporkan akibat penghancuran roket, atau jatuhnya puing-puing roket itu.
Roket itu membawa Satelit Pengamatan Darat Lanjutan ALOS-3, yang terutama bertugas mengamati Bumi dan menumpulkan data untuk tanggap bencana dan pembuatan peta. Sementara sensor infra merah eksperimental yang dikembangkan Kementerian Pertahanan dapat memantau aktivitas militer, termasuk peluncuran rudal.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi, Katsuhiko Hara, mengatakan belum ada rencana peluncuran satelit alternatif untuk menggantikan ALOS generasi sebelumnya. Ia tidak menjelaskan apakah atau bagaimana penundaan itu dapat mempengaruhi kemampuan deteksi bencana dan rudal.
Ini merupakan kegagalan kedua dalam enam bulan sejak roket berbahan bakar padat seri Epsilon yang lebih kecil dan dirancang untuk meluncurkan satelit ilmiah, gagal pada bulan Oktober lalu.
Peluncuran H3 juga telah ditunda lebih dari dua tahun karena penundaan pengembangan mesin. Selama upaya peluncuran pada Februari lalu, kesalahan listrik setelah pengapian mesin utama membatalkan peluncuran tepat sebelum lepas landas dan nyaris menyelamatkan roket itu.
Diperkirakan akan terjadi penangguhan lebin lanjut, tetapi pejabat-pejabat JAXA mengatakan yang utama adalah mengkaji kerusakan yang ada dan membangun kembali kepercayaan. [em/jm]
Forum