Kelompok tujuh negara industri terkemuka G7 sedang berupaya mencapai kesamaan sikap mengenai surat perintah penangkapan PM Israel Benjamin Netanyahu yang dikeluarkan pekan lalu oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC), kata Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani, Senin (25/11).
“Kita perlu bersatu mengenai ini,” kata Tajani setelah menjadi tuan rumah rapat kerja pertama dalam pertemuan dua hari para menteri luar negeri G7.
AS, bagian dari G7, telah menolak keputusan ICC, dengan Presiden Joe Biden menyebutnya sebagai keterlaluan.
Tajani, bagian dari pemerintah koalisi yang tampaknya terpecah mengenai isu ICC, mengatakan, ia ingin G7 berbicara dengan satu suara.
“Kami telah membahas ini, mari kita lihat apakah kami dapat ambil bagian dalam komunike akhir yang didedikasikan untuk ini, kami sedang berupaya mencapai kesepakatan,” lanjutnya.
ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan pada Kamis lalu untuk Netanyahu, mantan menteri pertahanannya Yoav Gallant, serta pemimpin Hamas Ibrahim Al-Masri, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam konflik Gaza.
Israel mengutuk keputusan itu sebagai hal yang memalukan dan absurd.
Tajani mengatakan ia mengundang rekan-rekannya dari Yordania, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan Qatar untuk bergabung dengan pertemuan G7 di Fiuggi, kota spa berjarak sekitar 80 kilometer di sebelah tenggara Roma.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan pembahasan sedang berlangsung sementara prospek semakin besar untuk mencapai terobosan dalam perjanjian gencatan senjata Lebanon antara Israel dan Hizbullah.
“Kami sekarang ini sedang membahas dengan mitra-mitra kami dari Negara-Negara Teluk dan dunia Arab mengenai bagaimana kita dapat, dalam situasi ini, setidaknya menyelesaikan satu tantangan utama, situasi di Lebanon, dan pada akhirnya mencapai gencatan senjata,” ujarnya.
“Momentumnya kini tampak semakin dekat daripada beberapa hari atau bahkan beberapa pekan yang lalu,” lanjutnya. [uh/ab]
Forum