Tautan-tautan Akses

Filipina Berupaya Bersihkan Kepolisian dari Jaringan Narkoba


Seorang anggota Badan Penegakan Narkoba Filipina, PDEA, mengumpulkan paket Metamfetamin Hidroklorida atau "Shabu" yang mereka temukan tersembunyi di dalam silinder baja di salah satu tempat pengangkutan narkoba terbesar di Manila, Filipina. (Foto: AP/Aaron Favila)
Seorang anggota Badan Penegakan Narkoba Filipina, PDEA, mengumpulkan paket Metamfetamin Hidroklorida atau "Shabu" yang mereka temukan tersembunyi di dalam silinder baja di salah satu tempat pengangkutan narkoba terbesar di Manila, Filipina. (Foto: AP/Aaron Favila)

Menteri dalam negeri Filipina mengumumkan, Rabu (4/1), ia telah memerintahkan semua jenderal dan kolonel kepolisian untuk mengajukan pengunduran diri mereka untuk memutus hubungan dengan jaringan narkoba.

Sekitar 300 polisi tercantum dalam perintah itu, yang direkomendasikan oleh kepala polisi nasional, yang juga akan mengajukan pengunduran dirinya, kata Menteri Dalam Negeri Benjamin Abalos Jr. dalam konferensi pers.

“Tampaknya ada masalah besar di kepolisian kita. Ternyata ada jenderal dan kolonel yang terlibat narkoba,'' ujarnya. “Kita perlu membersihkan jajaran kepolisian kita. Kita butuh kepercayaan rakyat.”

Menteri dalam negeri Filipina mengumumkan, Rabu (4/1), ia telah memerintahkan semua jenderal dan kolonel kepolisian untuk mengajukan pengunduran diri mereka untuk memutus hubungan dengan jaringan narkoba. (Foto: Ilustrasi/AFP)
Menteri dalam negeri Filipina mengumumkan, Rabu (4/1), ia telah memerintahkan semua jenderal dan kolonel kepolisian untuk mengajukan pengunduran diri mereka untuk memutus hubungan dengan jaringan narkoba. (Foto: Ilustrasi/AFP)

Belasan polisi ditangkap atau dibebaskan dari jabatan mereka dan diselidiki tahun lalu atas keterlibatan -- atau dugaan keterlibatan -- mereka dalam perdagangan narkoba. Abalos mengutip kasus baru-baru ini tentang penegak hukum yang menjual narkoba di kantor mereka. Badan Anti Narkoba Filipina juga menjadi sasaran penggerebekan, penangkapan, dan pemecatan dalam beberapa bulan terakhir.

Mantan Presiden Rodrigo Duterte mendapat kecaman internasional atas perang mematikannya terhadap narkoba, yang menurut data polisi menyebabkan lebih dari 6.200 tersangka tewas. Kelompok-kelompok HAM menyebut jumlah korban tewas yang lebih tinggi dari yang dilaporkan, dan menuduh beberapa polisi merekayasa bukti untuk menunjukkan bahwa para korban menolak keras penangkapan.

Pada bulan November, Kepala Polisi Nasional Filipina Rodolfo Azurin Jr. mengatakan ia memerintahkan para penegak hukum untuk meminimalkan pembunuhan terhadap orang-orang yang terlibat dalam aktivitas narkoba.

Abalos mengatakan sulit untuk berperang melawan narkoba jika orang-orang yang dianggap berada di pihak yang benar ternyata menikam dari belakang. Ia mengatakan, pengunduran diri bertujuan untuk mencegah petugas yang berbuat kekeliruan menutupi jejak mereka atau mengajukan tuduhan yang dibuat-buat.

Sebuah komisi akan dibentuk untuk meninjau catatan polisi untuk menentukan apakah mereka terlibat dalam perdagangan narkoba, katanya, seraya menambahkan bahwa mereka yang tidak terlibat tidak perlu khawatir. [ab/uh]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG