Pemerintah Filipina telah membatalkan kesepakatan untuk membeli 16 helikopter angkut militer Rusia karena khawatir akan kemungkinan sanksi Amerika, kata para pejabat Filipina.
Mantan Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana, Selasa (26/7) malam, mengatakan bahwa dia membatalkan kesepakatan 12,7 miliar peso ($227 juta) untuk memperoleh helikopter Mi-17 dalam keputusan bulan lalu yang disetujui Presiden Rodrigo Duterte saat itu sebelum masa jabatan mereka berakhir pada 30 Juni.
“Kami bisa menghadapi sanksi,” kata Lorenzana kepada kantor berita Associated Press, menjelaskan cara-cara Amerika akan mengungkapkan ketidaksenangannya jika Filipina melanjutkan kesepakatan itu, mengingat konflik Amerika yang memburuk dengan Rusia.
Pejabat-pejabat keamanan Amerika mengetahui keputusan itu dan bisa menawarkan helikopter angkut berat serupa untuk militer Filipina, katanya.
Setelah menjabat sebagai kepala pertahanan di bawah Duterte, Lorenzana telah ditunjuk oleh Presiden baru Ferdinand Marcos Jr. untuk mengepalai badan pemerintah yang bertugas mengubah bekas pangkalan militer menjadi pusat bisnis.
Menurut seorang pejabat militer Filipina, kesepakatan helikopter itu akan menjalani "proses penghentian" setelah keputusan untuk membatalkannya dibuat karena kontrak telah ditandatangani. Rusia bisa mengajukan banding tetapi hanya ada sedikit ruang bagi pemerintah Filipina untuk mempertimbangkan kembali, kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim karena tidak berwenang untuk membahas masalah tersebut secara terbuka.
Berdasar perjanjian pembelian yang ditandatangani pada November, pengiriman pertama helikopter multiguna itu dijadwalkan oleh Sovtechnoexport Rusia dalam waktu sekitar dua tahun. [ka/ab]
Forum