Manila tidak menyebut China secara eksplisit sewaktu mengumumkan latihan tersebut, yang terbesar dalam beberapa tahun ini. Namun, latihan itu akan dilakukan sewaktu Beijing meningkatkan frekuensi patroli maritim dan manuver garda pantainya di sekitar beberapa pulau karang yang disengketakan yang terletak di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina.
Beberapa patroli itu telah mengakibatkan bentrokan dan penggunaan manuver agresif serta munculnya tuduhan mengenai penabrakan kapal. China, yang mengklaim hampil seluruh Laut China Selatan sebagai miliknya meskipun putusan internasional menyatakan sebaliknya, menegaskan bahwa tindakannya itu telah sesuai dengan hukum.
Latihan Combined Arms Training (Catex), akan berlangsung mulai 3 Maret hingga 12 Maret, melibatkan sekitar 6.000 tentara dan latihan tembak langsung yang melibatkan beberapa dari senjata artileri paling canggih milik negara itu.
Latihan yang Diperluas
Dalam pengumuman hari Senin, para pejabat pertahanan mengatakan bahwa tidak seperti latihan sebelumnya Catex tahun ini akan dilakukan di berbagai penjuru negara itu, termasuk di pulau Luzon di utara, pulau Visayas di Filipina tengah, dan Mindanao, pulau di selatan.
Latihan yang diperluas akan “memperkuat kemampuan komando-dan-kontrol kita, lebih jauh meningkatkan kesiapan kita untuk menanggapi setiap tantangan yang mungkin mengancam keamanan nasional kita,” kata Panglima Angkatan Darat Filipina Letjen Roy Galido kepada media dalam konferensi pers hari Senin.
Sistem Rudal Typhon
Sementara militer diperkirakan akan menguji coba Sistem Howitzer yang Dipasang di Truk Otonom, senjata artileri terbesarnya selama latihan tembak langsung, Galido mengatakan sistem rudal Typhon buatan Amerika Serikat, yang memicu kekhawatiran dari China, tidak akan diikutkan dalam latihan skala besar itu.
Militer Filipina masih “menghargai sistem tersebut dan mampu memahami cara memanfaatkannya dalam konsep pertahanan kami,” katanya kepada harian Hong Kong South China Morning Post dalam wawancara hari Senin.
Pengerahan sistem rudal Typhon ke Filipina Utara telah memicu kekhawatiran dari China. Dalam konferensi pers Jumat lalu, juru bicara kementerian pertahanan China Zhang Xiaogang mendesak Manila agar “menyingkirkan sistem [Typhon] sesegera mungkin.”
Para analis mengatakan Filipina harus berfokus pada pembangunan kemampuan rudal antikapal dan menyediakan lebih banyak kendaraan udara tak berawak daripada membeli barang-barang mahal seperti kapal selam, yang kabarnya sedang dipertimbangkan Filipina untuk membelinya dari India. [uh/jm]
Forum