Pakar penyakit menular AS, Selasa (24/8) mengatakan AS bisa mengatasi COVID-19 pada awal 2022 dengan kemungkinan lebih banyak vaksin memperoleh persetujuan penuh.
Pernyataan Dr. Anthony Fauci disampaikan sehari setelah vaksin Pfizer mendapat persetujuan penuh dari Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS.
“Jika kita bisa mencapai kondisi di mana sebagian besar dari 80 hingga 90 juta orang yang belum divaksinasi, yang enggan divaksinasi atau tidak berkesempatan divaksinasi, tervaksinasi, maka saya yakin kita bisa mengatasi pandemi ini,” kata Fauci pada program NBC News “Today”.
Dengan kemungkinan persetujuan penuh pemerintah terhadap vaksin Moderna dan Johnson & Johnson dalam beberapa minggu mendatang dan kemungkinan anak-anak diizinkan untuk divaksinasi musim gugur ini, Fauci mengatakan, “Kita bisa membalikkan keadaan.”
Di A.S., Senin (23/8) semakin banyak daerah dan organisasi mengatakan akan mensyaratkan bukti vaksinasi setelah pengumuman bahwa vaksin virus corona dari Pfizer mendapat persetujuan penuh dari pemerintah federal.
AS masih menyaksikan infeksi virus corona, tertinggi di dunia dengan hampir 38 juta dan sekitar 630.000 kematian akibat COVOD-19, menurut Pusat Penelitian virus corona Universitas Johns Hopkins.
Dalam perkembangan lain, AS telah menyumbangkan setengah juta dosis vaksin Moderna kepada warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza untuk membantu mengatasi lonjakan infeksi baru.
Unit AS di Palestina, bagian dari Kedutaan Besar A.S. di Yerusalem, mengumumkan sumbangan tersebut Selasa, sehari setelah Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan pekerja pemerintah yang tidak divaksinasi harus mengambil cuti yang tidak dibayar.
Sumbangan tersebut difasilitasi oleh program distribusi vaksin global COVAX, yang menurut warga Palestina membuat mereka telah menerima total 2,5 juta dosis.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara untuk menunda pemberian suntikan booster setidaknya dua bulan untuk memungkinkan negara-negara dengan dosis vaksin rendah untuk menerima lebih banyak.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan selama kunjungan ke ibukota Hungaria, Budapest,mengatakan prioritas harus diberikan untuk meningkatkan tingkat vaksinasi di negara-negara di mana hanya 1% atau 2% dari populasinya mendapat vaksinasi.
Tedros juga mempertanyakan manfaat suntikan booster atau penguat, dengan mengatakan masih ada perdebatan mengenai keefektifan suntikan penguat (booster).
Hungaria menjadi negara pertama di Uni Eropa yang menawarkan suntikan penguat dan bersama makin banyak negara, termasuk Amerika dan Israel, yang sudah mulai menawarkan atau berencana menawarkan suntikan ketiga kepada penduduknya.
WHO pekan lalu mengatakan tidak mempercayai data saat ini yang mendukung perlunya suntikan penguat COVID-19. [my/jm]