Tautan-tautan Akses

Facebook Bersikukuh Luncurkan Aplikasi untuk Anak Di Tengah Kritik Para Pakar


Aplikasi Messenger Kids ditampilkan pada iPhone di New York, Jum’at, 16 Februari 2018 (foto: AP Photo/Richard Drew)
Aplikasi Messenger Kids ditampilkan pada iPhone di New York, Jum’at, 16 Februari 2018 (foto: AP Photo/Richard Drew)

Facebook terus bergerak maju dengan meluncurkan aplikasi pengirim pesan untuk anak, di tengah para pakar anak yang telah mendesak perusahaan untuk menutup aplikasi itu dan yang lainnya yang mempertanyakan dukungan finansial Facebook terhadap beberapa penasihat yang menyetujui aplikasi itu.

Messenger Kids memungkinkan anak usia di bawah 13 tahun untuk bercakap-cakap dengan teman-teman dan anggota keluarga lainnya. Tidak ada iklan yang ditampilkan dan memungkinkan orang tua untuk memberi persetujuan kepada siapa sang anak dapat berkirim pesan. Namu para pengkritik mengatakan aplikasi ini mendorong anak ke arah penggunaan media sosial yang berbahaya dan untuk membuat anak-anak betah menggunakan Facebook saat perusahaan itu berkompetisi dengan Snapchat dan aplikasi miliknya sendiri, Instagram. Mereka mengatakan anak-anak tidak seharusnya menggunakan aplikasi semacam itu – meskipun mereka acapkali menggunakannya.

“Sangat memprihatinkan melihat Facebook, di tengah keprihatinan yang meluas, secara agresif memasarkan Messenger Kids kepada lebih banyak lagi anak-anak,” ujar kelompok Campaign for a Commercial-Free Childhood dalam sebuah pernyataannya pekan ini.

Sambutan yang biasa-biasa saja

Peluncuran Messenger Kids di iOS di bulan Desember mendapat sambutan yang biasa-biasa saja. Aplikasi ini diluncurkan di peralatan besutan Amazon pada bulan Januari dan diperkenalkan pada sistem operasi Android hari Rabu. Di keseluruhan prosesnya, Facebook telah meminta dukungan pada tim penasihat, akademisi, dan keluarga yang membentuk aplikasi ini setahun sebelum peluncurannya.

Namun laporan majalah Wired pekan ini mengungkapkan lebih dari setengah dewan penasihat keamanan ini memiliki ikatan finansial dengan Facebook. Facebook mengiyakan hal ini dan menyatakan mereka tidak menyembunyikan donasi kepada para individu dan kelompk, meskipun mereka juga belum mempublikasikannya.

Donasi Facebook pada kelompok-kelompk seperti National PTA (nama resmi untuk Asosiasi Orang Tua dan Guru) pada umumnya menanggung biaya logistik dan aktivitas-aktivitas yang disponsori seperti program anti-perundungan (bullying) atau acara-acara seperti rapat-rapat orang tua. Salah satu kelompok penasihat contohnya, the Family Online Safety Institute, dimana para anggota dewan pengurusnya terdiri dari eksekutif Facebook, selain juga eksekutif perusahaan lain dari Disney, Comcast, dan Google.

“Kadang-kadang kami memberikan pendanaan untuk menanggung biaya-biaya program atau logistik, untuk memastikan kerjasama kami berdampak sebesar mungkin,” ujar Facebook dalam sebuah pernyataan, dengan menambahkan banyak organisasi darn orang yang memberi masukan pada Messenger Kids tidak menerima dukungan finansial dalam bentuk apapun.

Keikutsertaan Common Sense di saat terakhir

Namun untuk perusahaan yang berada di bawah tekanan dari berbagai pihak – Kongres, regulator, penasihat privasi online dan kesehatan mental – bahkan sedikit ketidakpatutan akan merugikan. Facebook tidak mengundang kritikus terkemuka, seperti lembaga nirlaba Common Sense Media, untuk memberi masukan pada aplikasi Messenger Kids hingga prosesnya hampir usai. Facebook tidak bersedia berkomentar terkait alasan mereka tidak mengundang Common Sense di awal proses.

“Karena mereka tau kami menentang posisi mereka,” ujar James Steyer, CEO Common Sense. Pandangan dari kelompok ini adalah seharusnya Facebook tidak merilis produk yang ditujukan pada anak-anak. “Mereka sadar betul tentang posisi kami terhadap Messenger Kids.”

Beberapa minggu setelah peluncuran Messenger Kids, hampir 100 pakar dari luar bersatu untuk mendesak Facebook menghapuskan aplikasi itu, yang hingga saat ini belum dilakukannya. Perusahaan itu menyatakan “berkomitmen untuk membangun produk yang lebih baik untuk seluruh keluarga, termasuk Messenger Kids. Artinya mendengarkan masukan dari orang tua dan para pakar, termasuk para kritikus.”

Artikel Majalah Wired Tidak Adil?

Salah satu pakar di Facebook menentang pandangan bahwa para penasihat perusahaan ada di saku Facebook. Lewis Bernstein, yang sekarang bekerja sebagai konsultan untuk Facebook untuk Sesame Workshop (lembaga nirlaba “Sesame Street”) dalam berbagai kapasitasnya selama lebih dari tiga dekade, mengatakan artikel majalah Wired “secara tidak adil” menuduh ia dan para koleganya menerima biaya perjalanan ke seminar-seminar yang diselenggarakan Facebook.

Namun artikel Wired tidak memasukkan Lewis sebagai satu dari tujuh dari 13 penasihat yang menerima pendanaan untuk Messenger Kids, dan majalah itu tidak memasukkan biaya perjalanan ketika menghitung kaitan finansial. Bernstein belum menjadi konsultan Facebook saat ia menjadi penasihat untuk Messenger Kids.

Bernstein, yang tidak menganggap teknologi sebagai “sudah dari asalnya berbahaya” mengatakan kritikus Facebook sepeti Common Sense juga tercemar setelah menerima dana $50 juta dalam bentuk sumbangan waktu penyiaran untuk kampanye peringatan tentang bahaya kecanduan teknologi. Di antara donor waktu penyiaran adalah Comcast dan DirecTV milik AT&T.

Namun jurubicara Common Senses menyebut angka tersebut sebuah “penyajian yang keliru” yang dipungut oleh kalangan pemberitaan. Ia mengatakan Common Sense memiliki komitmen siaran layanan publik “dari para mitra seperti Comcast dan DirecTV” yang dinilai sebesar $50 juta. Kelompok itu telah memanfaatkan waktu dalam kampanye-kampanye lainnya selain dari upaya yang disebut “Truth About Tech,” yang diluncurkannya bersama mantan karyawan Google dan Facebook dan organisasi yang baru dibentuk yang disebut Center for Humane Technology. [ww]

XS
SM
MD
LG