Evakuasi warga sipil dan pemberontak Suriah yang sebelumnya direncanakan dimulai Rabu pagi (14/12) di Aleppo mengalami penundaan. Gencatan senjata di kota itu ambruk dengan dimulainya kembali pertempuran di kawasan-kawasan yang masih dikuasai pemberontak.
Kelompok Pengamat HAM Suriah mengatakan, evakuasi seharusnya dimulai pukul 5 pagi waktu setempat, namun hingga beberapa jam kemudian belum ada satupun yang dievakuasi.
Sejumlah bis pemerintah terlihat berada di luar distrik-distrik timur yang dulunya dikuasai pemberontak.
Rincian kesepakatan yang dimediasi Turki dan Rusia tidak jelas, termasuk akan dibawa kemana warga sipil dan pemberontak itu.
Dubes Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, mengatakan para pejuang oposisi akan dipindahkan ke Idlib, kota berpenduduk 165 ribu orang dan terletak 60 kilometer dari barat daya Aleppo.
Churkin menggambarkan kesepakatan itu sebagai akhir babak sangat sulit bagi Aleppo, dan pemerintahnya berharap ini akan mengarah ke upaya dimulainya kembali perundingan politik.
Wakil PM Turki, Mehmeet Simsek, mengatakan melalui Twitter, negaranya akan membangun sebuah kota penampungan yang akan mengakomodasi hingga 80 ribu pengungsi yang pergi dari Aleppo. [ab/as]