Uni Eropa sedang bersiap menghadapi pembalasan dari China, setelah blok tersebut melakukan pemungutan suara pada pekan lalu, untuk menerapkan tarif terhadap impor kendaraan listrik (EV) asal China, di tengah perkiraan bahwa Beijing mungkin berupaya menarget negara-negara Eropa yang menyetujui langkah-langkah itu.
Negara-negara Uni Eropa terpecah mengenai aturan tersebut, dengan 10 negara anggotanya mendukung keputusan itu pada Jumat (4/10) lalu. Sementara itu, lima negara menentang dan 12 negara lainnya memilih abstain.
Setelah pengambilan suara, Menteri Perdagangan China mengatakan, pihaknya menentang rencana penerapan tarif itu, dan menyebutnya “tidak adil, tidak taat, dan tidak masuk akal.”
Prancis adalah salah satu negara yang mendorong Uni Eropa untuk menerapkan tarif tersebut. Produsen cognac, sejenis brandi, Prancis, khawatir bahwa Beijing akan berupaya menarget produk mereka, setelah China meluncurkan penyelidikan anti-dumping awal tahun ini.
Penyelidikan itu menyimpulkan pada Agustus, bahwa dumping terjadi di pasar China, namun Beijing memilih untuk tidak mengenakan tarif apa pun pada tahap tersebut. Sikap tersebut merupakan sebuah keputusan yang secara luas dipandang sebagai upaya untuk meredakan ketegangan dengan Eropa.
Keputusan Uni Eropa mengenakan tarif kendaraan listrik itu dapat memicu China untuk membatalkan keputusannya, menurut Anthony Brun, presiden Persatuan Produsen Cognac.
“Kami tentu saja khawatir, karena China adalah pasar terbesar kedua kami. Itu mewakili lebih dari sepertiga produk yang diekspor selama lebih dari 250 tahun hingga saat ini. Karena kami berpotensi akan dikenai pajak sekitar 40% nantinya, itu bisa berarti hilangnya pasar ini, karena pesaing kami tidak akan dikenai pajak yang sama,” kata Brun kepada kantor berita Reuters, seraya menambahkan bahwa pemerintah Prancis tampaknya memilih untuk mengorbankan industrinya.
“Karena Prancis merupakan pemimpin dalam kebijakan [tarif important EV], maka China akan menargetkan produk khusus yang berkaitan dengan Prancis,” tambahnya.
Jerman, negara dengan perekonomian terbesar di Uni Eropa, memberi suara menentang terhadap pemberlakuan tarif untuk China. Produsen mobil Jerman juga khawatir atas pembalasan Beijing.
“Industri otomotif Eropa, khususnya Jerman, hidup dari hasil ekspor. Sebanyak 70 persen dari pekerjaan kami bergantung pada itu. Keputusan saat ini dapat berujung pada konflik perdagangan yang baru, pada lingkaran proteksionisme, di mana penerapan tarif akan direspons dengan penerapan tarif lainnya. Dan hal itu merugikan kami,” ujar Hildegard Mueller, presiden Asosiasi Industri Otomotif Jerman, dalam wawancara dengan Reuters.
China sendiri telah membuka penyelidikan terhadap impor daging babi dan produk susu Eropa, yang dapat berakibat pada sejumlah anggota Uni Eropa secara tidak seimbang.
Uni Eropa berpendapat, tarif kendaraan listrik akan melindungi industri mobil Eropa, yang menurut mereka mempekerjakan 14 juta orang di seluruh blok itu. [ps/uh/rs]
Forum