Para diplomat utama dari Amerika Serikat dan Rusia telah bertemu di Riyadh, Arab Saudi pada Selasa, guna mendiskusikan peningkatan hubungan dan negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina. Pembicaraan ini merefleksikan perubahan yang besar dan cepat dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump.
Tidak ada pejabat Ukraina terlihat dalam pertemuan, yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan sejumlah pejabat senior lainnya.
Setelah pertemuan itu, Rubio mengatakan bahwa Amerika Serikat dan Rusia telah menyetujui empat prinsip kesepakatan yang akan dilaksanakan. Pertama, mereka setuju untuk mengganti staf di masing-masing kedutaan, baik di Washington maupun Moskow, dan menunjuk tim tingkat tinggi untuk melanjutkan negosiasi.
“Poin kedua adalah bahwa kami akan menunjuk sebuah tim tingkat tinggi dari pihak kami untuk membantu jalannya negosiasi dan bekerja hingga akhir konflik di Ukraina dalam cara yang berkesinambungan dan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat,” kata Marco Rubio.
Poin ketiga, menurut Menlu Amerika Serikat ini, adalah bahwa mereka akan mulai bekerja pada level yang tinggi juga, untuk mengawali diskusi, memikirkan dan memeriksa kerja sama geopolitik dan ekonomi yang dapat ditindaklanjuti sebagai hasil dari berakhirnya konflik di Ukraina.
Kesepakatan terakhir, lanjut Rubio adalah mereka telah setuju bahwa sementara tim tersebut mengerjakan semua rencana itu, lima diplomat yang ada di lokasi pembicaraan itu tetap akan berada di sana dan terlibat dalam proses tersebut untuk memastikan bahwa proses tersebut berjalan dengan produktif.
Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Mike Waltz, yang juga menghadiri pertemuan tersebut, menegaskan kembali komitmen pemerintah Amerika Serikat untuk mengakhiri perang. Namun dia tidak memberikan rincian detil apapun terkait bagaimana kedua belah pihak berencana untuk menyelesaikan persoalan konsesi teritorial yang rumit.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pada Selasa bahwa Rusia dan Amerika Serikat “tidak hanya mendengar, tetapi saling menyimak” dalam pembicaraan di Riyadh itu.
“Perbincangan itu, menurut saya, sangat bermanfaat, kami tidak hanya mendengarkan tetapi saling menyimak, dan saya memiliki alasan untuk percaya bahwa pihak Amerika telah menjadi lebih memahami posisi kami, yang telah kami sampaikan sekali lagi dalam detil dan dengan contoh-contoh yang spesifik dengan dasar berbagai pernyataan dari Presiden Putin,” kata Lavrov dalam konferensi pers.
Pertemuan antara diplomat utama kedua negara di Riyadh pada Selasa adalah yang paling penting sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina. Pertemuan ini juga bertujuan untuk membuka jalan bagi pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sementara itu, China pada Selasa juga menyambut baik pembicaraan antara pejabat-pejabat senior Amerika Serikat dan Rusia, dalam meningkatkan hubungan dan negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun menyatakan, “Kami gembira menyaksikan semua upaya itu yang kondusif bagi perdamaian, termasuk kesepakatan untuk menggelar pembicaraan antara Amerika Serikat dan Rusia. Kami juga berharap bahwa semua pemangku kepentingan dan pihak-pihak yang terlibat akan berpartisipasi dalam proses perdamaian di waktu yang tepat.”
Ukraina, perlahan tetapi pasti, mengalami kekalahan melawan pasukan Rusia yang berjumlah lebih besar dalam perang yang menelan banyak korban, yang dimulai hampir tiga tahun lalu.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy telah mengatakan bahwa negaranya tidak akan menerima hasil apapun dari pembicaraan pekan ini, jika negara tersebut tidak diikutsertakan. Sekutu-sekutu Eropa juga menunjukkan keprihatinan karena mereka dikesampingkan.
Di luar soal Ukraina, pertemuan itu telah diperkirakan akan fokus pada pencairan hubungan kedua negara, yang sebelumnya telah jatuh di tingkat paling rendah dalam beberapa dekade. [ns/ab]
Forum