Mesir, Selasa (22/3) menjamu para pemimpin Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk pembicaraan tiga pihak yang belum pernah terjadi sebelumnya ketika perang Ukraina mengguncang pasar energi dan makanan dan negara-negara kuat dunia hampir mencapai kesepakatan nuklir Iran yang kembali dihidupkan.
KTT itu diadakan di resor Laut Merah, Sharm el-Sheikh itu antara Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dan penguasa de facto UEA, Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed.
KTT tersebut berlangsung hampir sebulan setelah Rusia menginvasi Ukraina yang memicu kekhawatiran tentang keamanan dan membuat harga minyak, gandum, dan komoditas utama lainnya melonjak.
Mesir, Israel dan Uni Emirat Arab adalah sekutu Amerika Serikat, namun sejauh ini ketika negara itu menghindar untuk mengambil posisi melawan Rusia atas perangnya di Ukraina.
"Dengan latar belakang perkembangan terakhir di dunia dan kawasan, para pemimpin itu membahas hubungan antara ketiga negara dan cara untuk memperkuatnya pada semua tingkatan," kata sebuah pernyataan dari kantor Bennett.
KTT itu adalah yang pertama dan menandakan "doktrin baru" diplomasi regional yang diperjuangkan oleh UEA, kata Mustafa Kamel al-Sayyid, seorang profesor ilmu politik di Universitas Kairo. Bennett dan Sheikh Mohammed tiba di Mesir pada Senin (21/3).
Dalam pertemuan mereka hari Selasa (22/3), ketiga pemimpin itu membahas "energi, stabilitas pasar, dan ketahanan pangan," kata juru bicara kepresidenan Mesir Bassam Radi.
Media Israel mengatakan para pemimpin itu juga akan membahas laporan bahwa Iran dan negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat, hampir mencapai kesepakatan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015.
Bennett dengan keras menentang kesepakatan itu, yang dirancang untuk mencegah musuh bebuyutan Israel, Iran, membuat bom atom -- tujuan yang selalu dibantah oleh Republik Islam tersebut. [mg/lt]