Tautan-tautan Akses

Dunia Catat 93 Juta Lebih Terinfeksi COVID, Biden Katakan Krisis Terlihat Gamblang


Para petugas kesehatan disuntik vaksin di Ritchie Valens Recreation Center, Pacoima, California, 13 Januari 2021.
Para petugas kesehatan disuntik vaksin di Ritchie Valens Recreation Center, Pacoima, California, 13 Januari 2021.

Angka-angka terkait pandemi virus corona terus meningkat. Lebih dari 93 juta orang di seluruh dunia terjangkit virus ini dan hampir 2 juta orang meninggal karenanya, sebut Johns Hopkins University Coronavirus Resource Center.

AS masih berada di tempat teratas daftar jumlah kasus dan kematian terbanyak. Hopkins melaporkan lebih dari 23 juta kasus COVID-19 di AS, dengan jumlah kematian meningkat cepat, kini mendekati 400 ribu.

Beberapa negara bagian, setelah memvaksinasi para pekerja di garis depan, mulai memvaksinasi warga lansia, tetapi kewalahan oleh banjir permintaan vaksinasi. Fasilitas-fasilitas medis di ambang kehabisan vaksin. Dalam banyak hal, teknologi yang digunakan untuk menerima permintaan itu mengalami gangguan.

Presiden terpilih AS, Joe Biden di The Queen theater, Wilmington, Delaware, 14 Januari 2021. (AP Photo/Matt Slocum)
Presiden terpilih AS, Joe Biden di The Queen theater, Wilmington, Delaware, 14 Januari 2021. (AP Photo/Matt Slocum)

Presiden terpilih AS Joe Biden, Kamis (14/1) mengumumkan Rencana Penyelamatan Amerika untuk pandemi dan krisis ekonomi AS senilai hampir 2 triliun dolar, dengan 400 miliar dolar di antaranya ditujukan untuk wabah COVID-19.

“Krisis penderitaan mendalam manusia terlihat gamblang,” kata Biden.

China telah melaporkan kematian pertama akibat COVID-19 dalam delapan bulan, di tengah-tengah lonjakan kasus baru di bagian timur laut China sewaktu satu tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tiba di Wuhan, untuk menginvestigasi asal muasal pandemi.

Jumlah kematian akibat COVID-19 di China melebihi 4.600, relatif rendah berkat pembatasan dan langkah-langkah pelacakan yang ketat.

China memberlakukan berbagai langkah lockdown terhadap lebih dari 20 juta orang di Beijing, Hebei dan daerah-daerah lain untuk membendung penyebaran wabah sebelum liburan Imlek pada bulan Februari.

Jumlah kematian akibat COVID yang relatif rendah di China telah menimbulkan pertanyaan mengenai kontrol ketat China terhadap informasi terkait wabah itu.

Tim penyelidik tiba di Wuhan hari Kamis (14/1) setelah hampir setahun pembicaraan dengan WHO dan perselisihan diplomatik antara China dan negara-negara lain yang menuntut agar China mengizinkan penyelidikan independen menyeluruh. Mereka langsung memasuki karantina 14 hari sebelum melakukan investigasi.

Virus corona pertama kali dideteksi di Wuhan pada akhir 2019 dan segera menyebar ke seluruh dunia. Para pejabat hari Kamis (14/1) menyatakan penularan di provinsi Heilongjiang di bagian timur laut China telah melonjak ke angka tertinggi dalam 10 bulan, hampir tiga kali lipat dari periode itu.

Di tempat lainnya di Asia, pihak berwenang Jepang telah memperluas keadaan darurat untuk menghentikan lonjakan kasus virus corona.

Kasus dan kematian akibat virus corona telah meningkat sekitar dua kali lipat di Jepang selama bulan lalu, sebut Johns Hopkins University.

Keadaan darurat awalnya ditetapkan sepekan silam dan diperluas hingga mencakup tujuh daerah baru. Pembatasan ini tidak mengikat, dan banyak orang telah mengabaikan permintaan untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu, mendorong gubernur untuk mengemukakan kekhawatiran terkait kurangnya komitmen terhadap pedoman itu.

Indonesia melaporkan 12.818 kasus baru hari Jumat, catatan yang terbesar dalam satu hari.

Hungaria menyatakan berencana membeli vaksin dari Sinopharm China. Jika para pejabat kesehatan negara itu menandatangani kesepakatan itu, Hungaria akan menjadi negara Uni Eropa pertama yang membeli produk vaksin China. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG