Dewan Keamanan PBB pada Rabu (18/9) sore membahas krisis kemanusiaan yang terjadi di Sudan saat ini, setelah negara tersebut terjerumus ke dalam perang saudara lebih dari 16 bulan terakhir.
Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Afrika Martha Ama Akyaa Pobee mengatakan, “Gelombang pertempuran saat ini menandai babak terakhir kekerasan di El Fasher dan terjadi di tengah pengepungan dan serangan selama berbulan-bulan terhadap kota tersebut di tangan Pasukan Dukungan Cepat (RSF).”
Pobee juga mengatakan, “hal ini telah menyebabkan tingkat penderitaan yang sangat parah bagi warga sipil, termasuk kondisi kelaparan di kamp Zamzam di selatan El Fasher, dan lokasi-lokasi lainnya.”
Sudan terjerumus ke dalam kekacauan pada bulan April tahun lalu ketika ketegangan antara militer dan kelompok paramiliter yang kuat, RSF, meledak menjadi perang terbuka di berbagai penjuru negara itu.
Konflik tersebut telah mengubah ibu kota Sudan, Khartoum, dan daerah-daerah perkotaan lainnya menjadi medan perang, menghancurkan infrastruktur sipil dan sistem layanan kesehatan yang sudah rusak. Tanpa bantuan dasar, banyak rumah sakit dan fasilitas medis di negara tersebut terpaksa tutup.
Sudan, yang telah mengalami guncangan akibat perang saudara dan perubahan iklim, membutuhkan bantuan kemanusiaan dengan perkiraan 9 juta orang – 73% dari populasi negara tersebut – diperkirakan membutuhkan bantuan kemanusiaan pada tahun 2024, menurut Tinjauan Kebutuhan Kemanusiaan PBB untuk Sudan Selatan Tahun 2024. [ab/lt]
Forum