Seekor induk orangutan di Sumatra mengalami kebutaan setelah ditembak dengan setidaknya 74 butir peluru senapan angin, kantor berita Associated Press melaporkan, Selasa (19/3).
Ancaman terhadap satwa-satwa yang terancam punah di Sumatra makin meningkat seiring dengan berkembangnya industri minyak kelapa sawit dan industri kertas yang makin merambah habitat mereka di hutan.
Hasil rontgen menunjukkan setidaknya ada 74 butir peluru senapan angin yang bersarang di tubuhnya, termasuk empat di mata kiri dan dua di mata kanannya, kata dokter hewan Yenny Saraswati dengan Program Konservasi Orangutan Sumatra.
Orangutan yang diberi nama “Hope” oleh para penyelamat itu, juga memiliki beberapa luka yang disebabkan oleh benda tajam, kata Yenny, Senin (18/3). Hope kini mulai pulih dari operasi yang dijalaninya untuk memperbaiki tulang selangkanya yang patah.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, Sapto Aji Prabowo, mengatakan beberapa warga melihat orangutan yang terluka parah itu di sebuah peternakan di Kabupaten Subulussalam, di Provinsi Aceh minggu lalu. Induk orangutan itu ditemukan bersama bayinya yang baru berusia sebulan dengan kondisi kekurangan gizi kritis.
Bayi orangutan itu meninggal ketika tim penyelamat bergegas membawa mereka ke sebuah klinik di Kabupaten Sibolangit, Provinsi Sumatra Utara.
“Semoga Hope dapat melewati masa kritisnya, tapi dia tidak bisa lagi dilepaskan ke alam liar,” kata Saraswati sembari menambahkan bahwa hanya tujuh butir peluru yang dikeluarkan dari tubuh Hope, karena dokter hewan memprioritaskan patah tulang selangka dan risiko infeksi yang mungkin ditimbulkannya.
Menurut Program Konservasi Orangutan, penggunaan senapan angin untuk membunuh satwa liar termasuk orangutan, adalah masalah serius di Indonesia.
Dalam 10 tahun terakhir, mereka telah merawat lebih dari 15 orangutan dengan total hampir 500 peluru senapan angin yang bersarang di tubuh orangutan-orangutan itu.
Tahun lalu, orangutan di Kalimantan tewas setelah ditembak setidaknya 130 kali dengan senapan angin. Kasus itu merupakan kasus pembunuhan orangutan kedua yang diketahui pada tahun itu.
Sebuah studi komprehensif pada 2018 tentang orangutan Kalimantan, memperkirakan jumlah orangutan telah berkurang drastis lebih dari 100.000 sejak 1999, karena industri minyak kelapa sawit dan kertas menggerus habis habitat mereka dan konflik dengan warga meningkat.
Hanya sekitar 13.400 orangutan Sumatera yang tersisa di alam liar. Spesies ini terdaftar sebagai spesies terancam punah oleh International Union untuk konservasi alam. [er/ft]