Pimpinan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuka sidang Majelis Kesehatan Dunia tahunan badan tersebut di Jenewa, Senin (24/5) dengan memberikan penghormatan kepada 115.000 pekerja perawatan kesehatan di seluruh dunia yang gugur dalam tugasnya memerangi pandemi COVID-19.
Dalam komentarnya kepada badan pembuat keputusan WHO itu, Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan petugas kesehatan dan perawatan di dunia mempertaruhkan nyawa selama hampir 18 bulan. Ia mengatakan mereka telah menyelamatkan nyawa yang tak terhitung jumlahnya dan berjuang untuk orang lain dan meski memberikan upaya terbaiknya namun kemudian meninggal.
Tedros mengatakan ia senang jumlah kasus baru dan kematian turun selama tiga minggu berturut-turut, namun memperingatkan, dunia tetap dalam situasi yang sangat berbahaya.
Ia mengatakan, "Kita harus tahu jelas: pandemi belum berakhir, dan tidak akan berakhir sampai dan kecuali penularan dikendalikan di setiap negara terakhir."
Sekjen WHO itu sekali lagi mengecam negara-negara terkaya di dunia atas apa yang disebutnya sebagai "skandal ketidakadilan" dalam pengiriman vaksin COVID-19 yang "menyebabkan pandemi terus melanda". Ia mencatat 75 persen lebih dari semua dosis vaksin diberikan hanya di 10 negara.
Ia meminta negara-negara anggota untuk mendukung upaya besar-besaran untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen populasi di setiap negara selambatnya bulan September, dan “upaya vaksinasi hingga Desember” untuk sekurangnya 30 persen populasi pada akhir tahun.
Sebelumnya, Taiwan mengecam, apa yang disebutnya sebagai "ketidakpedulian" WHO terhadap hak kesehatan masyarakat di negara pulau itu. Taiwan tidak diundang ke sidang Majelis Kesehatan Dunia karena menurut Taiwan, WHO mendapat tekanan dari China.
Dalam pernyataan bersama, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu dan Menteri Kesehatan Chen Shih-chung mengatakan, “Sebagai badan kesehatan internasional profesional, Organisasi Kesehatan Dunia harus melayani kesehatan dan kesejahteraan semua umat manusia dan tidak menyerah pada kepentingan politik anggota tertentu.”
Taiwan tidak diikutsertakan dalam sebagian besar organisasi internasional seperti WHO karena China keberatan dan menganggap pulau berpemerintahan sendiri itu sebagai bagian dari wilayahnya dan bukan negara merdeka.
Pada hari Minggu, harian Wall Street Journal melaporkan bahwa tiga ilmuwan dari Institut Virologi Wuhan China, atau WIV, di Wuhan, dirawat di rumah sakit pada November 2019 - sebulan sebelum China mengkonfirmasi kasus virus corona pertamanya. Berita tersebut kemungkinan akan menyulut kembali teori bahwa virus tersebut mungkin lolos dari laboratorium China.
India, Senin (24/5) menjadi negara ketiga yang melampaui 300.000 kematian terkait COVID-19, setelah kementerian kesehatan melaporkan lebih dari 4.000 kematian karena COVID-19 dalam 24 jam sebelumnya. AS mencatat hampir 590.000 kematian, sementara Brasil mendekati 450.000. Pusat Data Virus Corona Universitas Johns Hopkins melaporkan 3,4 juta kematian akibat COVID-19 secara global.
India, Senin juga melaporkan 222.315 kasus baru COVID-19 dalam periode 24 jam terakhir, penurunan signifikan untuk negara di Asia Selatan itu yang hanya beberapa minggu lalu mengalami lebih dari 400.000 infeksi baru harian. Namun, pejabat kesehatan masyarakat yakin jumlah korban di India kemungkinan tidak semuanya dihitung karena sumber daya pengujian yang terbatas.
Johns Hopkins Coronavirus Resource Center, Senin pagi melaporkan, 167 juta infeksi COVID-19 global. Di AS terdapat lebih banyak infeksi daripada di negara lain dengan 33 juta kasus. India menyusul dengan 26,7 juta, sedangkan Brasil berada di urutan ketiga dengan 16 juta kasus. [my/lt]