Dana Moneter Internasional (IMF) optimis terhadap pertumbuhan ekonomi global, tapi memperingatkan potensi masa suram karena memudarnya stimulus fiskal dan meningkatnya suku bunga, kata Christine Lagarde, direktur Dana Moneter Internasional, Rabu (11/4).
Dilansir Reuters, dalam pidato di Hong Kong, Lagarde mengatakan prioritas utama untuk perekonomian global adalah untuk menghindari proteksionisme, melindungi dari risiko finansial dan memelihara pertumbuhan jangka panjang.
Pimpinan IMF melontarkan pernyataan pada saat konflik dagang antara AS dan China menciptakan ketidakpastian yang penting bagi dunia bisnis dan rantai pasokan global mereka.
“Sejarah menunjukkan pembatasan impor merugikan setiap pihak, khususnya konsumen dari golongan tidak mampu,” kata Lagarde.
“Tidak saja karena (pembatasan impor) mengakibatkan produk-produk menjadi lebih mahal dan lebih sedikit pilihan, namun pembatasan juga menghambat perdagangan untuk memainkan peran dalam meningkatkan produktifitas dan menyebarkan teknologi baru.”
Cara terbaik untuk mengatasi ketidakseimbangan global adalah menggunakan instrumen fiskal dan reformasi struktural, kata Lagarde. Dia menambahkan aturan Organisasi Perdagangan Dunia sedang dalam bahaya akan “hancur” yang bila terjadi akan menjadi “Kegagalan kebijakan kolektif yang tidak bisa dimaafkan.”
Para pembuat kebijakan harus berkomitmen pada memberikan kesempatan yang sama dan menyelesaikan perselisihan tanpa menggunakan tindakan yang luar biasa, kata dia.
Kenyataanya untuk 2018 dan 2019 adalah momentum akan akhirnya melambat karena hilangnya stimulus fiskal, peningkatan suku bunga dan kondisi keuangan yang lebih ketat, kata Lagarde.
Analisis oleh IMF menunjukkan utang global sudah menyentuh level tertinggi, yaitu $164 triliun atau 40 persen lebih tinggi pada 2007. China menyumbang lebih dari setengah kenaikan tersebut. [ft]