Tautan-tautan Akses

Dinilai Langgar Prokes, Puluhan Tenda Pengungsi di Sekitar UNHCR Dibongkar Paksa


Para pengungsi yang diusir pasca insiden pagi pada 6 September 2021 kembali mendatangi kantor UNHCR untuk meminta barang mereka yang disita oleh petugas. Di antaranya adalah tenda untuk tempat tinggal sementara bagi mereka. (VOA/Indra Yoga)
Para pengungsi yang diusir pasca insiden pagi pada 6 September 2021 kembali mendatangi kantor UNHCR untuk meminta barang mereka yang disita oleh petugas. Di antaranya adalah tenda untuk tempat tinggal sementara bagi mereka. (VOA/Indra Yoga)

Dinilai melanggar protokol kesehatan terkait perebakan pandemi virus corona, puluhan tenda yang menjadi tempat tinggal sementara para pengungsi di sekitar gedung UNHCR, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, hari Senin (6/9) dibongkar paksa aparat. Sebagian besar pengungsi ini berasal dari Afghanistan.

Pembongkaran paksa oleh aparat gabungan dari kepolisian, Satpol PP dan petugas keamanan gedung UNHCR itu sempat diwarnai insiden adu mulut dan saling dorong, yang berujung pemukulan. Sebagian pengungsi cedera. Barang-barang mereka juga disita aparat.

Sebagian pengungsi mengatakan pada VOA mereka telah tinggal di tenda-tenda itu selama lebih dari satu tahun karena tidak tahu harus tinggal di mana.

Para pengungsi yang mayoritas dari Afghanistan membuat tempat tinggal sementara di samping Gedung UNHCR di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. (VOA/Indra Yoga)
Para pengungsi yang mayoritas dari Afghanistan membuat tempat tinggal sementara di samping Gedung UNHCR di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. (VOA/Indra Yoga)

Tidak ada perwakilan UNHCR yang menemui mereka ketika insiden pengusiran dan pembongkaran tenda ini terjadi. Pihak keamanan gedung hanya mengatakan keputusan badan urusan pengungsi dunia itu masih sama dengan hasil pertemuan perwakilan pengungsi dalam demonstrasi 24 Agustus lalu, yaitu UNHCR akan berupaya mempercepat proses penempatan ke negara ketiga atau resettlement.

UNHCR: Pengungsi Sedianya Sadar Penempatan Butuh Waktu Lama

Sebelumnya Communications Associate UNHCR Indonesia Dwi Prafitria pada tanggal 1 September mengatakan pada wartawan bahwa “para pengungsi sedianya menyadari kenyataan bahwa kemungkinan akan berada di negara suaka mana pun akan memakan waktu lama, dan resettlement hanya bisa diakses oleh sejumlah kecil pengungsi yang paling rentan.”

Pengungsi tersebut termasuk wanita dan anak-anak. Mereka telah tinggal di samping gedung UNHCR tersebut sekitar 1 tahun (foto: VOA/Indra Yoga)..
Pengungsi tersebut termasuk wanita dan anak-anak. Mereka telah tinggal di samping gedung UNHCR tersebut sekitar 1 tahun (foto: VOA/Indra Yoga)..

Indonesia Belum Ratifikasi Konvensi 1951

Indonesia belum meratifikasi Konvensi tentang Status Pengungsi Tahun 1951 dan Protokol 1967 sehingga tidak berkewajiban menampung atau merepatriasi pengungsi. Namun dengan alasan kemanusiaan, Indonesia selama ini tetap menerima sejumlah pengungsi, terutama yang kehidupan dan kebebasannya terancam karena ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok sosial tertentu atau memiliki pandangan politik yang berbeda.

UNHCR pada tahun 2008 telah menyampaikan sebuah rencana aksi untuk melindungi pengungsi dan mengatasi apa yang disebut sebagai “migrasi tercampur,” yang mencakup mekanisme untuk mengembangkan kapasitas pemerintahan dan upaya mengatasi masalah pengungsi menuju aksesi dua instrumen terkait pengungsi tadi.

Presiden Joko Widodo pada tahun 2016 menandatangani Peraturan Presiden tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri yang memuat berbagai aturan tentang deteksi, penampungan dan perlindungan pencari suaka dan pengungsi. Berbagai ketentuan ini belum sepenuhnya diterapkan. Pemerintah juga belum memberi sikap terhadap aksi unjuk rasa para pengungsi dari Afghanistan ini.

Kembali ke Depan UNHCR

Setelah aksi mereka dihentikan oleh petugas yang berjaga, mereka memilih untuk tidur di depan gedung UNHCR. Mereka beralasan sudah tidak punya apa-apa lagi termasuk tempat tinggal sementara. (VOA/ Indra Yoga)
Setelah aksi mereka dihentikan oleh petugas yang berjaga, mereka memilih untuk tidur di depan gedung UNHCR. Mereka beralasan sudah tidak punya apa-apa lagi termasuk tempat tinggal sementara. (VOA/ Indra Yoga)

Ketika hari beranjak malam sekitar 20an pengungsi kembali mendatangi kantor UNHCR meminta dikembalikannya barang-barang mereka yang disita aparat, antara lain tenda untuk tempat tinggal sementara. Ketika permintaan itu tidak diindahkan, para pengungsi duduk dan tidur di lahan depan gedung UNHCR. Kepada VOA mereka mengatakan “akan tetap bertahan dan tinggal di sini karena kami tidak punya tempat lain.” [iy/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG