Perjalanan salah satu pendiri 'Sugar Lab', Kyle von Hasseln ke dunia kreasi gula kuliner dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa Institut Arsitektur California Selatan. Ia membeli printer 3D tradisional dan mulai mengotak-atiknya serta bereksperimen dengan bahan-bahan makanan.
Hasilnya, katanya, adalah printer makanan 3D satu-satunya di dunia yang telah disertifikasi oleh badan keamanan pangan National Sanitation Foundation (NSF). Tidak seperti printer permen 3D lainnya, kata Hasseln, mesinnya dapat menggunakan butiran gula halus bukan pasta, sehingga memungkinkan detail lebih rinci pada permen dan kontrol lebih besar pada produk akhirnya.
“Printer 3D kami ini luar biasa karena merupakan satu-satunya yang bersertifikasi NSF di dunia, dan satu-satunya yang beroperasi dalam skala besar. Jadi kami dapat mencetak ribuan produk dalam semalam dan menyiapkannya untuk koki di pagi hari. Dan itulah perbedaan utama antara printer kami dan printer 3D lain untuk makanan,” kata Hasseln.
Selain permen dalam berbagai bentuk, mulai dari karakter kartun, pahlawan super hingga penyihir, Hasseln dan krunya juga mencetak hiasan kue yang dapat dimakan, bahan tambahan minuman, dan penganan ringan lain.
File digital adalah langkah pertama dari perjalanan pencetakan makanan berbahan gula itu. File itu selanjutnya diubah menjadi model 3D oleh desainer Sugar Lab James Choe. Kepala Koki Sugar Lab, Jonathan Solomon, kemudian mentransfernya ke printer, yang berfungsi mengubah bahan-bahan menjadi penganan yang diinginkan.
“Saya benar-benar merasa seperti mulai mengerjakan makanan masa depan, khususnya hidangan penutup. Suatu hari printer ini akan ada di dapur semua orang -- bukan besok, tapi, Anda tahu, lebih cepat daripada yang kita perkirakan,” jelas Solomon.
Hasseln mengaku banyak koki tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaannya.
“Respons terhadap apa yang kami lakukan di Sugar Lab sangat positif. Kami sangat bersyukur. Mungkin ada dua cara untuk mengukurnya. Yang pertama dari koki. Reaksi mereka sangat menyenangkan Mereka menyemangati kami, mereka ingin terlibat, mereka ingin bekerja bersama kami, dan mereka memiliki gagasan tentang cara menggunakan teknologi ini. Yang kedua dari klien kami. Bukannya memakan permen atau kue hasil cetakan, mereka malah menyimpannya, membawanya pulang dan menaruhnya di rak, dan menunjukkannya kepada teman-teman mereka,” jelasnya.
Sebelum printer semacam itu ada di dapur semua orang, suguhan manis tersebut dapat dipesan atau dibeli secara khusus di situs web Sugar Lab. Namun harganya relatif masih mahal. Enam permen stroberi berisi coklat dan krim jahe yang panjangnya sekitar 2,5 sentimeter dijual seharga $25. [ab/uh]
Forum