Kesuksesan Prancis di laga Piala Dunia tak lepas dari kelihaian sang arsitek, Didier Deschamps. Melalui tangan dinginnya, Tim Ayam Jantan berhasil menggondol tropi bergengsi tersebut pada 2018, dan kini mereka tengah memiliki asa untuk dapat mempertahankan gelartersebut dalam pertandingan babak final Piala Dunia 2022 melawan Argentina pada Minggu (18/12) mendatang.
Banyak pihak yang meragukan performa skuad berjuluk Les Bleus itu di Piala Dunia kali ini, mengingat kegagalan mereka pada ajang Euro 2020 dengan tersingkir di babak 16 besar. Selain itu, Deschamps sudah menghadapi krisis cedera pemain hingga pada puncaknya pemenang Ballon d'Or Karim Benzema juga turut menarik diri dari tim menjelang turnamen akibat cedera.
Keadaan itu memaksa Deschamp menata ulang strategi dan rencana taktisnya. Ia melakukan keputusan yang berani dalam menempatkan Antoine Griezmann yang biasanya menjadi penyerang menjadi gelandang. Griezman memang tampil impresif pada Piala Dunia 2018, dan ia juga tercatat sebagai top skorer pada Euro 2016.
"Saya berutang segalanya padanya dalam karir internasional saya. Saya memberikan segalanya untuk seragam (timnas) itu, untuk Prancis, dan juga untuk dia," kata Griezmann, bintang Atletico Madrid yang bisa dibilang menjadi pemain terbaik dalam turnamen itu.
"Setiap laga, setiap tindakan seperti saya mengucapkan terima kasih padanya. Saya ingin melakukan segalanya untuk membuat ia bangga dengan pemain bernomor punggung tujuhnya,” ujarnya.
Beberapa penggemar memang mengolok-olok strategi Deschamp karena merasa tim Prancis seharus dapat memainkan sepak bola yang lebih atraktif.
Namun, komentar Griezmann mengungkapkan hal lain tentang Deschamps, bahwa keterampilan jitu dalam mengatur para punggawanya bahkan lebih penting daripada sekadar keahlian taktis.
"Dia suka berbicara dengan para pemainnya dan tahu apa yang Anda rasakan. Setiap kali dia memberi perintah atau nasihat, Anda mengikutinya," kata Griezmann.
Tak diragukan, Deschamps memang sangat dihormati dan dikagumi oleh para pemainnya mengingat karirnya sendiri sebagai seorang pemain cukup cemerlang.
Gelandang yang pernah dicap sebagai "pembawa air" oleh pesepak bola senegaranya, Eric Cantona, itu masih berusia 24 tahun saat menjadi kapten Marseille dan mengantarkan timnya meraih kemenangan di final Liga Champions 1993.
Ia juga menjadi pemenang Liga Champions bersama Juventus, Deschamp menjadi kapten Prancis untuk meraih kemenangan di Piala Dunia 1998 dan Euro 2000 sebelum pensiun pada usia 32 tahun.
Kontrak Baru?
Les Bleus memang tidak pernah melihat ke belakang sejak kemenangan-kemenangan yang mereka raih tersebut. Lebih dari satu generasi, mereka telah menjadi kekuatan unggulan sepak bola internasional.
Deschamps telah menjadi kekuatan pendorong di balik itu, meski setelah ia memutuskan gantung sepatu, ia juga sukses dalam mengomandoi manajemen klub.
Dia membawa Monako ke final Liga Champions 2004 saat usianya baru mencapai 35 tahun dan memimpin Marseille meraih gelar Ligue 1 sebelum menggantikan Laurent Blanc sebagai pelatih Prancis pada 2012.
Kemudian Prancis berjuang untuk membangun kembali performanya setelah terpuruk dengan telak di Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Satu dekade kemudian, mereka mencapai final ketiga mereka dalam empat turnamen besar terakhir dan juga memenangkan UEFA Nations League pada tahun lalu.
Jadi bagaimana Deschamp melakukan taktik jitunya?
"Sangat sulit untuk menang, terutama Piala Dunia, dan lebih sulit lagi untuk memenangkannya lagi," katanya kepada AFP sesaat sebelum turnamen.
"Anda membutuhkan kualitas dan bakat, tetapi hal-hal itu saja tidak cukup. Tanpa mentalitas, pola pikir dan determinasi yang tepat, mustahil untuk menang di level ini,” tukasnya.
Didorong oleh Deschamps, Prancis menjadi pemenang trofi Piala Dunia pertama yang kembali ke laga final, sejak keberhasilan Brazil pada 1998. Bukan tak mungkin Les Bleus menjadi tim pertama yang dapat mempertahankan trofi Piala Dunia dalam kurun waktu 60 tahun terakhir ini.
Susunan pemain Prancis pada Piala Dunia pada tahun ini tentu berbeda dengan komposisi pada 2018. Setengah dari susunan skuat telah berubah karena sebagian pemain kunci seperti Paul Pogba, N'Golo Kante dan Lucas Hernandez mengalami cedera.
Pada tahun 2018 Deschamps menjadi orang ketiga yang memenangkan trofi sebagai pelatih setelah juga berhasil memenangkan trofi sebagai pemain. Ia mengikuti jejak Mario Zagallo dari Brazil dan Franz Beckenbauer dari Jerman Barat.
Kini, hanya tinggal selangkah lagi bagi Deschamp untuk menggoreskan sejarah bahwa ia dapat menjadi pelatih pertama yang mengangkat Piala Dunia sebanyak dua kali di era pascaperang.
Kontrak Deschamp sebagai pelatih Prancis akan habis. Namun, apa pun yang terjadi pada hari Minggu saat laga final nanti, Deschamps berhak memutuskan apakah dia ingin tetap bertahan dan memimpin Les Bleus ke Euro 2024 atau bahkan meninggalkannya.
Harapan agar dia tetap mengarsiteki Prancis memang sangat besar, meski sosok ikonik lainnya, Zinedine Zidane, juga mengintai di balik bayang-bayang Deschamp.
"Saya bukan bagian yang terpenting di sini," katanya usai mengalahkan Maroko.
"Kami memiliki kesempatan untuk mempertahankan gelar kami dan itu sudah merupakan pencapaian yang luar biasa. Mari berharap kami bisa lebih bahagia lagi di hari Minggu,” tegasnya. [ah/rs]
Forum