Prancis dan Jerman hari Minggu (22/1) berusaha mengatasi perbedaan akibat dampak perang Rusia di Ukraina sambil merayakan persahabatan puluhan tahun mereka dalam suatu upacara dan dialog tentang keamanan, energi dan tantangan lain Eropa.
Seluruh Kabinet Jerman berada di Paris untuk melangsungkan pertemuan bersama, sementara 300an anggota parlemen kedua negara berkumpul di Universitas Sorbonne guna memperingati 60 tahun terwujudnya perjanjian bersejarah yang menciptakan hubungan erat di antara kedua musuh bebuyutan di Eropa itu dan yang kini menjadi landasan kuat bagi keberlangsungan Uni Eropa.
Presiden Prancis Emmanuel Macrom dan Kanselir Jerman Olaf Scholz akan mengawasi dua putaran pembicaraan di Istana Elysee, dengan fokus pada kebijakan ekonomi dan energi, dan juga pertahanan.
“Mari kita gunakan persahabatan kita yang tak terpisahkan ini untuk membangun masa kini dan masa depan benua kita, bersama dengan mitra-mitra kita di Eropa,” ujar Scholz dalam upacara di Sorbonne.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina 24 Februari 2022 lalu, sejumlah proyek perdamaian Eropa berada pada “titik balik,” ujarnya. “Imperialisme Putin tidak akan menang.. Kita tidak akan membiarkan Eropa kembali ke masa ketika kekerasan menggantikan politik dan benua kita tercabik-cabik oleh kebencian dan persaingan nasional.”
Macron menambahkan “dukungan kami yang tidak putus-putusnya pada rakyat Ukraina akan berlanjut di setiap bidang.”
Prancis dan Jerman telah menyumbang persenjataan yang signifikan ke Ukraina, tetapi Ukraina masih meminta tambahan tank dan senjata yang lebih kuat untuk saat perang berlarut-larut.
Perang Rusia di Ukraina telah mengungkap perbedaan strategi di antara kedua negara, terutama dalam pembicaraan untuk mengatasi krisis energi akibat perang itu dan inflasi yang ditimbulkan; juga soal investasi militer di masa depan. [em/jm]
Forum