Para pengunjuk rasa menutup semua jalan utama menuju ibu kota Lebanon, Senin (8/3), menyebabkan kemacetan lalu lintas dan memicu seruan dari kepala Serikat Rumah Sakit yang memperingatkan bahwa langkah tersebut mencegah pasokan oksigen mencapai pusat-pusat medis yang merawat pasien virus corona.
Protes ini terjadi menyusul jatuhnya nilai mata uang lokal, kenaikan harga barang-barang konsumen dan perselisihan politik antara kelompok-kelompok yang bersaing yang telah menunda pembentukan pemerintahan baru.
Sejak dini hari, sekelompok kecil demonstran memblokir jalan-jalan masuk dari selatan, utara dan timur ke Beirut dengan ban-ban yang dibakar dan dengan memarkir kendaraan di jalan-jalan utama. Di beberapa bagian lain Lebanon, sejumlah tentara berhasil membuka beberapa jalan secara singkat namun para pengunjuk rasa menutupnya kembali tidak lama kemudian.
Sleiman Haroun, Presiden Serikat Rumah Sakit di Lebanon, mengatakan kepada Associated Press bahwa setelah dua hari akhir pekan ketika tidak ada distribusi oksigen, persediaan beberapa rumah sakit menipis dan sangat membutuhkan pasokan, terutama untuk merawat pasien COVID-19.
“Ini bukan lelucon. Ini masalah hidup dan mati,'' kata Haroun, mendesak para pengunjuk rasa untuk mengizinkan kendaraan yang membawa pasokan oksigen lewat. Ada beberapa pabrik oksigen di sekitar Lebanon dan mereka memasok rumah sakit di berbagai penjuru negara itu, termasuk beberapa di daerah terpencil.
Meskipun Lebanon memberlakukan lockdown selama berpekan-pekan, kasus virus corona tetap tinggi di negara kecil itu, dengan 2.377 kasus baru tercatat pada hari Minggu, meningkatkan total kasus sejak Februari tahun lalu menjadi lebih dari 395.000. Virus itu juga telah menewaskan 5.047 orang, termasuk 33 orang pada hari Minggu.
Pada hari Sabtu, penjabat Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab memperingatkan bahwa negara itu sedang bergerak dengan cepat menuju ke kekacauan dan mengimbau para politisi agar mengesampingkan perbedaan pendapat mereka untuk membentuk pemerintahan baru yang dapat menarik bantuan asing yang sangat dibutuhkan.
Oktober lalu, mantan Perdana Menteri Saad Hariri ditunjuk untuk membentuk Kabinet baru, tetapi lima bulan kemudian, ketidaksepakatan antara dirinya dan Presiden Michel Aoun tentang bentuk Kabinet telah menghalangi pembentukan pemerintahan baru.
Nilai mata uang setempat mencapai rekor terendah Sabtu lalu, atau mendekati 11.000 pound Lebanon per dolar AS di pasar gelap.Lebanon dilanda krisis demi krisis, dimulai dengan protes nasional pada Oktober 2019 yang mengungkap krisis keuangan dan ekonomi yang parah. Situasinya diperparah oleh pandemi virus corona dan ledakan besar di pelabuhan Beirut pada Agustus lalu yang menewaskan 211 orang, melukai lebih dari 6.000 orang, dan merusak sebagian kota Beirut. [ab/uh]