Puluhan ribu warga Yunani berdemo di depan gedung parlemen di Athena pada Minggu (26/1), menuntut keadilan bagi 57 orang yang tewas hampir dua tahun lalu dalam kecelakaan kereta paling mematikan di negara itu.
Para demonstran membawa poster bertuliskan “Kami tidak akan lupa” dan “Saya tidak dapat oksigen,” mengutip kata-kata terakhir seorang perempuan dalam panggilan darurat yang diterbitkan media lokal pekan lalu.
“Kami ada di sini dan kami tidak akan berhenti … sampai mereka yang bertanggung jawab dituntut pertanggungjawaban,” kata Maria Karistianou, yang kehilangan putrinya yang berusia 20 tahun dalam kecelakaan kereta tahun 2023.
Bentrok singkat antara polisi dan beberapa demonstran pecah setelah aksi damai yang sebagian besar berlangsung tenang, salah satu aksi massa terbesar di ibu kota dalam beberapa tahun terakhir. Aksi serupa juga digelar di kota-kota lain di Yunani.
Penyelidikan yudisial masih berlangsung terkait tabrakan frontal antara kereta barang dan kereta penumpang yang terisi penuh mahasiswa, tepat sebelum tengah malam pada 28 Februari 2023.
Kecelakaan di jalur rel yang menghubungkan Athena dan kota terbesar kedua Yunani, Thessaloniki, memicu gelombang protes di seluruh negeri. Banyak orang menilai hal ini mencerminkan kelalaian terhadap jaringan kereta api setelah krisis keuangan yang berlangsung selama satu dekade.
Hampir dua tahun berlalu, penyebab kematian sejumlah korban belum bisa dipastikan. Keluarga korban menuduh pihak berwenang berusaha menutupi bukti, tuduhan yang dibantah pemerintah.
“Dua tahun setelah tragedi ini, tidak ada yang dihukum, tidak ada yang dipenjara,” kata Ilias Papangelis, yang kehilangan putrinya yang berusia 18 tahun dalam insiden itu, di hadapan para demonstran yang sebagian meneriakkan “Pembunuh!”
Pemerintah berhaluan tengah-kanan, yang kembali terpilih setelah kecelakaan tersebut, mengatakan bahwa penyelidikan penyebab kecelakaan sepenuhnya berada di tangan otoritas yudisial. Pemerintah telah berjanji akan mereformasi sistem perkeretaapian, tetapi Komisi Eropa menyebut kemajuan sejauh ini lamban.
Keputusan pemerintah untuk menominasikan mantan ketua parlemen Constantine Tassoulas sebagai presiden pekan lalu semakin memancing kemarahan keluarga korban, yang menuduh bahwa selama kepemimpinannya, parlemen gagal menyelidiki kemungkinan tanggung jawab politik.
Menurut laporan ahli yang disewa oleh para keluarga, kecelakaan itu memicu bola api yang besar. Belum jelas apa pemicu bola api tersebut.
“Kami tidak tahu apa yang menyebabkan ledakan, apa yang dibawa kereta barang itu,” kata Nikos Plakias, yang kehilangan dua putri dan seorang keponakan dalam insiden tersebut.
“Kami akan selalu memiliki banyak pertanyaan … Dan jika perlu sampai ke pengadilan Eropa, kami akan melakukannya,” tambahnya. [th/ab]
Forum