Pemerintah Kabupaten Poso masih melakukan pendataan terhadap dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi 6,6 skala Richter yang terjadi pada Senin malam (29/5) pukul 22.35 Waktu Indonesia Tengah.
Bupati Poso Darmin Sigilipu saat meninjau kerusakan bangunan di kantor Inspektorat Poso (30/5) mengatakan kepada VOA pihaknya telah memerintahkan dilakukannya pendataan di 19 wilayah kecamatan baik pada kerusakan pada rumah rumah penduduk, rumah ibadah dan fasilitas umum, termasuk warga masyarakat yang terluka dalam peristiwa gempa bumi itu.
“Kita juga sudah memberikan instruksi, perintah kepada seluruh camat yang ada di wilayah kabupaten Poso, untuk mendata sehingga laporan yang masuk ke Pemda, ke saya bersama Wakil Bupati itu data riil. Memang di lapangan kita juga melihat bahwa memang ada beberapa bangunan rumah yang retak-retak, ada juga yang sempat roboh, dan saya bersyukur bersama dengan Pemerintah Daerah yang ada, tidak ada yang sampai meninggal dunia untuk sampai dengan saat ini,” ujar Darmin Sigilipu.
Darmin Sigilipu mengakui gempa yang terjadi di Poso pada Senin malam itu berlangsung cukup kuat dan menimbulkan kepanikan masyarakat. Masyarakat yang berada di pesisir pantai umumnya mengungsi ke dataran yang lebih tinggi seperti perbukitan untuk mengantisipasi terjadinya tsunami pasca gempa. Warga baru berani kembali ke desa mereka setelah pemerintah setempat mengumumkan bahwa gempa yang terjadi itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami karena terjadi di daratan.
“Memang ada beberapa korban yang sempat kita data, kurang lebih ada 9 korban, itupun korban luka saja tidak ada yang meninggal. Semuanya sudah kita tangani, yang delapan itu di puskesmas-puskesmas terdekat di wilayah tempat kejadian korban, kemudian satu ada yang kita kirim ke Palu, ke Rumah Sakit Palu karena dilihat kondisinya cukup parah,” papar Darmin Sigilipu.
Di Poso Kota, gempa bumi menimbulkan kerusakan pada sebuah bangunan di jalan Yos Sudarso. Sebagian dinding bangunan itu ambruk. Kerusakan juga terjadi pada bangunan kantor Inspektorat Poso.
Sejauh ini diketahui kondisi terparah akibat gempa terjadi di desa Sedoa, Kecamatan Lore Tengah. Albert Megati Kepala Desa Sedoa via sambungan telepon kepada VOA menjelaskan akibat gempa, tiga warganya terluka ringan sedangkan dua lainnya mengalami luka berat sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit Undata di Palu.
Gempa juga mengakibatkan tujuh rumah warga, dua Gereja, Sebuah Sekolah satu atap SD-SMP dan satu Polindes mengalami kerusakan berat yang diartikannya bahwa bangunan itu tidak layak lagi untuk digunakan. Selain itu kerusakan ringan terjadi pada lima rumah penduduk dan dua masjid.
“Kalau untuk rumah warga ada dua belas untuk sementara ini, ada tujuh yang rusak berat, dan lima yang rusak ringan. Terus yang fasilitas umum SD-SMP satu atap Sedoa yang rusak berat, kemudian Polindes desa Sedoa juga rusak berat, dua rumah ibadah, dua gereja rusak berat juga, kemudian dua masjid rusak ringan,” ujar Albert Megati.
Albert mengungkapkan masih terjadi beberapa kali gempa susulan yang menyebabkan warga tidak berani tinggal di dalam rumah dan memilih untuk bertahan di tenda-tenda darurat yang disiapkan oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Poso yang telah tiba pada Rabu Siang. Warga sangat membutuhkan bantuan bahan makanan dan selimut karena cuaca yang dingin dan hujan deras yang kerap kali turun di sore hingga malam hari. Aliran listrikpun dilaporkan padam sejak gempa kuat pada Senin malam itu.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya menyebutkan gempa selama 20 detik yang terjadi di Poso memiliki kekuatan 6,6 skala Richter yang berlokasi di darat dengan kedalaman 10 km. Selain Poso, gempa juga dirasakan di Sigi, Palu dan Morowali utara. Ditinjau dari kedalamannya, gempa bumi itu merupakan gempa bumi dangkal akibat aktvitas sesar lkcal dan tidak berpotensi menimbulkan tsunami. [yl/ab]