"Asli kaget dan nggak percaya saya akan mewakili New York City dan Northeast Regional di Ibiza, Spanyol nanti', ujar Amanda Toar, wanita profesional muda keturunan Manado yang tampak sibuk memberikan arahan kepada bawahannya, di meja minuman bar One-One Four Bar & Lounge, New York City.
Malam itu, suasana bar di lobi hotel super mewah The Marmara Park Avenue yang berlokasi di area Park Avenue, Manhattan ini, tidak terlalu ramai seperti biasanya, "Ini malam libur hari kemerdekaan Amerika, nanti setelah fireworks, pengunjung baru kembali ke lounge", tambah Amanda yang menjadi Manajer Bartender di hotel ini.
Nama Amanda Toar, memang sedang menjadi perbincangan hangat dikalangan sosialita, profesional dan para bartender di kota New York. Kemenangannya dalam kompetisi The Art of Martini sebuah kompetisi bartender bergengsi yang diikuti oleh ratusan bartender di kota Big Apple ini, sangat mengejutkan.
Dalam kompetisi ini, setiap bartender harus menciptakan kreasi minuman Martini terbaru dengan memadukan Elit Vodka dengan campuran minuman lokal. Manda, begitu nama panggilannya, menciptakan sebuah minuman yang khas dengan rasa Indonesia, bernama Sulawesi Meets West.
"Saya kan keturunan Manado, jadi saya mengambil rasa lokal dari Sulawesi," kata Amanda dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih. "Walau saya lama tinggal di New York, saya masih pakai bahasa Indonesia ke orang tua, dan keluarga di Manado," tambah Amanda.
Lahir di kota Langowan, Sulawesi Utara, Manda bersama keluarga berimigrasi ke Amerika saat usia 10 tahun. "Orang tua saya sudah duluan tinggal disini jadi saya datang ke Amerika bersama adik saya, tante saya kakaknya Papa, dan Oma (ibunya Mama). Start sekolah disini sejak kelas 6 di Iselin Middle School, lanjut masuk High School di Colonia High School, Colonia New Jersey, sampai lulus," jelas Manda. Kerasnya kehidupan di negeri rantau dirasakan Amanda sejak tiba di Amerika. Saat liburan sekolah Summer, Manda bekerja sebagai pelayan restoran dan lounge, "Biar saya bisa belanja."
Tragedi datang ketika usianya baru 16 tahun, dimana sang Ayah harus dideportasi pulang ke Indonesia. "Saya sedih. Saya juga pengin banget melanjutkan sekolah, kuliah. Tapi tidak mungkin. Bahkan selama sekolah saya juga harus bekerja biar bisa bantu Mama, padahal Mama sudah kerja double loh," cerita Amanda penuh haru. Lulus SMU, Amanda langsung bekerja di industri perhotelan menjadi server. Dari sinilah Amanda mulai mengenal dunia kreatifitas meracik minuman. Sambil menjadi server, Amanda mulai belajar meracik minuman martini.
Sambil mengobrol di rooftop hotel Marmara, yang menghadap ke arah Empire State Building, Manda bercerita tentang kompetisi bartender yang diikutinya. "Saya di tunjuk mewakili The Marmara Park Avenue Hotel karena saya Lead Bartender di One One Four Bar and Lounge dan di Rooftop nya juga. Total persiapan 2 minggu untuk mendapati rasa, balance, dan presentasi yang di inginkan para juri," jelas Manda. Dari ratusan bartender yang ikut babak penyisihan, Manda lolos menjadi salah satu dari lima finalis. "Semuanya pria, cuma saya yang perempuan," kata Manda.
Dalam pertandingan babak final setiap finalis diberi kesempatan untuk meracik Martini dengan kreatifitas masing-masing, dengan syarat harus memakai Stoli Elit Vodka. "Finalis lain top semua. Ada bartender dari Dead Rabbit Bar yang juga penulis buku cocktails, ada juga dari The Vnyl. Juga dari Jean George's Restaurant. Semua top bars di New York. Super kreatif," tambah Manda.
Menghadapi para finalis yang profesional, Manda sempat harus berpikir keras untuk meracik minuman yang berbeda dengan mereka. Sementara aturannya cukup ketat yaitu tidak boleh memakai minuman Jus dan Sirop.
Disaat kesulitan mencari racikan yang unik, tiba-tiba Manda teringat akan masakan Manado. "Mama dan Oma kalau masak Manado sering pake daun pandan. Nah, I think, why don't I try Pandan? Lalu saya infuse daun Pandan ke Stoli Elit Vodka and let's see the taste," cerita Manda dengan semangat.
Ternyata aroma rasa daun pandan ini berhasil memikat para juri sehingga Manda lolos ke round two dengan bahan campuran dalam Mystery Box. Dalam babak kedua, Amanda kelihatannya sudah unggul dalam penilaian. Keunikan Manda meracik minuman dengan daun pandan, berhasil menunjukkan sebuah karya yang original dan kreatif. "Round ke-2 ada mystery box. Jadi apapun yang di mystery box saya harus bikin minuman saat itu juga dengan ingredients yang didalam mystery box. Itu yang bikin deg-degan," tambah Manda.
Sebagai pemenang, pada bulan September nanti Manda akan mewakili kota New York bersama pemenang dari kota Los Angeles, Las Vegas, Miami dan Dallas untuk bersama-sama mewakili Amerika dalam kompetisi The Art of Martini tingkat dunia di Ibiza, Spanyol.
Amanda akan berhadapan dengan bartender-bartender pemenang dari berbagai kota dunia seperti Hongkong, Singapore dan London. Saat ini, Manda sedang melakukan persiapan dibantu oleh direktur hotel dan teman-teman bartender yang lain.
Lalu apakah kunci sukses Amanda? "Jangan pernah hilang harapan. Where there's a will, there's a way,” ujar Manda yang masih mempunyai keinginan untuk kembali sekolah. "To This Day, Art in making drinks chose me," Manda menutup wawancara. [nr]