Meski tidak secepat di Eropa atau Amerika Serikat, Indonesia tetap mewaspadai lonjakan kasus varian omicron. Pemerintah daerah, khususnya di Jawa, diminta bersiap mengantisipasi puncak penularan yang diprediksi pada akhir Februari hingga Maret.
Salah satu rumah sakit rujukan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY, RS Akademik UGM telah mengaktifkan kembali layanan khusus COVID-19. Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSA UGM, dr. Ade Febrina,Sp. A, menyebut upaya ini sebagai antisipasi apabila terjadi lonjakan kasus omicron di DIY dan sekitarnya. Pengalaman sebagai RS rujukan membuat persiapan lebih mudah dilakukan.
“Secara fasilitas, terdapat 245 bed dengan tekanan negatif yang bisa segera berubah fungsinya menjadi ruang ranap infeksi untuk ruang inap reguler dan intensive care,” kata Ade.
Secara total, RSA UGM memiliki 467 bed COVID-19 dan laboratorium diagnostik yang bekerja 24 jam. Pemeriksaan antigen dan RT-PCR untuk penanganan pasien yang terindikasi COVID-19 dapat dilayani sepenuhnya. Lebih dari itu, RSA UGM memiliki gedung khusus perawatan COVID-19, yang terpisah dari gedung-gedung untuk layanan reguler.
“Mulai pendaftaran, kasir, apotek, poliklinik, rawat inap hingga Intensive Care Unit (ICU) sengaja dikhususkan menangani pasien COVID-19. Semua petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) level tiga sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO,” tambah Ade.
Menkes Minta Jangan Khawatir
Persiapan yang dilakukan daerah memang sesuai dengan permintaan pemerintah pusat. Ketika berkunjung ke Kabupaten Bantul, Jumat (21/1), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menyinggung potensi lonjakan kasus varian omicron ke depan. Namun, dia berpesan agar seluruh pihak tidak panik.
"Omicron itu masuk ke Indonesia, sudah juga terjadi transmisi lokal, bukan lagi sekadar impor. Dan di seluruh dunia memang omricon itu ciri-cirinya naiknya cepat dan tinggi. Karena sudah masuk, ya.. kita siap-siap. Temen-temen enggak usah panik. Enggak usah khawatir. Kita tetap waspada,” kata Budi.
Salah satu alasan untuk tidak khawatir, seperti dikatakan Budi, meski jumlah kasusnya cepat naik, tetapi turunnya juga cepat.
“Dan yang dibawa ke rumah sakit jauh lebih rendah,” tambahnya.
Budi meminta pemerintah daerah dan seluruh masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan. Upaya surveilans juga harus tetap dijalankan. Dia juga meminta daerah tidak khawatir dengan angka lonjakan kasus, sebagai hasil dari upaya tracing yang masif. Justru langkah itu harus dilakukan untuk terus menemukan kasus dan mengisolasi pasien.
“Kalau tes positif, isolasi saja, karena dia cepat sembuh. Asal kita cepat tahu, diisolasi supaya enggak menular. Kalau rumahnya gede, bisa di rumah. Kalau enggak bisa di isolasi terpadu,” katanya lagi.
Budi juga menegaskan, menurut statistik yang ada, pasien omicron yang harus masuk rumah sakit hanya 30 persen dibanding pasien delta. Sedangkan angka kematian, sekitar 1 persen dibandingkan angka kematian pada varian delta. Budi juga menyebut, percepatan vaksinasi sebagai salah satu upaya antisipasi.
Layanan Daerah Siap
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, DIY, Agus Budi Raharjo, memastikan pihaknya bersiap sesuai permintaan pusat. Rumah sakit yang sebelumnya digunakan untuk perawatan pasien COVID-19, sebenarnya tidak pernah menutup layanan.
“Perawatan kita siapkan. Kita tidak pernah lengah menyiapkan fasilitas. Rumah sakit darurat sampai hari ini juga tidak pernah tutup. Tetap jalan terus,” kata Agus.
Di desa-desa, ruang isolasi juga telah tersedia. Fasilitas yang dulu dipakai, meski selama beberapa bulan ini tidak menerima pasien, sebenarnya tetap buka. Jika terjadi lonjakan kasus ke depan, dan pasien tidak memiliki rumah yang layak untuk isolasi, Agus memastikan daerah telah mempersiapkan fasilitas tersebut.
Kasus Impor Jadi Perhatian
Meskipun sudah terjadi transmisi lokal di beberapa wilayah, pemerintah daerah tetap memberi perhatian khusus terhadap kemungkinan kasus impor. Di kabupaten Bantul, DIY misalnya, pekerja migran yang pulang akan diperhatikan khusus.
“Kalau ada notifikasi untuk pekerja migran yang pulang, tentu kita harus lakukan screning lebih ketat, juga untuk pelaku perjalanan yang lain,” kata Agus.
Karenanya, kita harus bersiap-siap dan tidak usah panik atau khawatir," kata Menkes Budi di Bantul, Jumat (21/1).
Sementara Wakil Gubernur DIY, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam X juga menyatakan pihaknya melakukan pengawasan kepada warga yang melakukan perjalanan ke luar negeri. Salah satunya yang saat ini banyak dilakukan adalah ibadah umroh.
“Terkait umroh, kami informasikan ada 29 orang dari DIY yang berangkat pada 18 Januari 2022. Keberangkatan dan kepulangan mereka akan dimonitor agar menjalani proses karantina sesuai prosedur,” kata Paku Alam X, Kamis (20/1) malam ketika mengikuti rapat koordinasi dengan pemerintah pusat.
Dalam rapat tersebut, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan juga menyinggung pelaksanaan ibadah umroh. Luhut ingin memastikan ibadah berjalan lancar dan aman, dan karenanya dia meminta Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan dan BNPB mempersiapkannya dengan baik.
“Saya minta kapasitas dan kelayakan hotel serta wisma haji dapat dipastikan dengan baik, diatur kedatangan antar kloter agar tidak terjadi penumpukan,” kata Luhut. [ns/ah]