Sekolah Tinggi Kedokteran dan Rumah Sakit Jawaharlal Nehru (JLNMCH) di distrik timur Bhagalpur menggambarkan keadaan layanan kesehatan di daerah-daerah pedesaan India yang porak poranda ketika puncak gelombang pertama COVID-19 menghantam negara tersebut pada tahun lalu.
Bangsal rumah sakit dan ICU dibanjiri pasien dan kerabat sehingga pengawal bersenjata pergi dengan dokter untuk berjaga-jaga mengantisipasi jika kekerasan meletus. Para dokter mengatakan ketika gelombang kedua menghantam India tahun ini, rumah sakit pemerintah dengan kapasitas sekitar 800 tempat tidur dan dimaksudkan untuk melayani jutaan orang, nyaris tidak bisa beroperasi.
Namun berkat kesengsaraan yang dibawa pandemi, JLNMCH mendapatkan kesempatan baru ketika pemerintah mencoba mengatasi kurangnya investasi kronis India di bidang kesehatan, terutama di negara bagian Bihar, tempat asal Bhagalpur. Di tempat itu, infrastruktur perawatan kesehatan tergolong yang terburuk di negara itu.
Rumah sakit sekarang telah mendirikan generator oksigen sendiri yang akan memenuhi hampir semua permintaannya, mempekerjakan lusinan perawat baru, hampir dua kali lipat kapasitas ICU, dan menghubungkan ratusan tempat tidur dengan oksigen pipa untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Bagian luarnya yang merah muda dan terkelupas juga mungkin mendapatkan lapisan cat baru, kata pengawas rumah sakit.
Pekerjaan di rumah sakit perawatan lanjutan baru dengan 200 tempat tidur yang megah, yang dimulai beberapa tahun lalu, pembangunannya dipercepat tahun ini. Diharapkan fasilitas tersebut akan selesai pada paruh pertama tahun depan.
"COVID telah menjadi anugerah bagi kami," Asim Kumar Das, pengawas medis JLNMCH, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara. "Meskipun menghancurkan umat manusia dan membawa penderitaan besar, guncangan itu telah memberi kita begitu banyak perubahan dalam infrastruktur rumah sakit."
Das mengatakan rumah sakit itu sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah negara bagian untuk menambah 200 tempat tidur di kompleks utama, bersama dengan tambahan sumber daya manusia karena ada "kekurangan akut" dokter dan paramedis.
Infrastruktur kesehatan mulai mendapat perhatian serupa di banyak bagian India, menurut angka pemerintah.
Pemerintah mendapatkan kritikan tajam terkait dicatatkannya rekor infeksi virus corona dan kematian pada bulan April dan Mei. Akibatnya pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi, bersama dengan negara bagian dan perusahaan yang dikelola pemerintah, mengalokasikan dana untuk pembangunan infrastruktur rumah sakit sehingga hampir 750 distrik di India memiliki setidaknya satu pabrik penghasil oksigen.
Pemerintah juga telah berjanji untuk membangun banyak rumah sakit baru dan meningkatkan fasilitas kesehatan yang sudah ada dalam beberapa tahun ke depan dengan menggelontokan investasi sekitar $9 miliar. Ini merupakan bagian dari rencana yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas rumah sakit menjadi dua per 1.000 orang.
Pemerintah federal mengatakan banyak negara bagian juga berencana untuk menggandakan pengeluaran kesehatan mereka, yang ingin meningkatkan pengeluaran kesehatan masyarakat menjadi 2,5 persen dari PDB pada 2024/2025 dari 1,2 persen tahun fiskal ini.
Data Bank Dunia menunjukkan anggaran kesehatan masyarakat India termasuk yang terendah di dunia, yang berarti pengeluaran sendiri warganya termasuk yang tertinggi.
Awal yang Baik
Pada tahun depan, Bihar sendiri telah berjanji untuk menyelesaikan pembangunan 1.600 rumah sakit pemerintah baru dengan biaya hampir $500 juta. Hingga 2018, negara bagian itu memiliki kurang dari 80 rumah sakit kecamatan dan kabupaten besar.
"Ini awal yang baik, tidak ada keraguan tentang itu," kata ahli jantung dan epidemiologi K. Srinath Reddy, presiden Yayasan Kesehatan Masyarakat nirlaba India.
Rumah Sakit Bhagalpur sekarang memiliki 60 tempat tidur ICU. Namun dalam kunjungan Reuters baru-baru ini terlihat beberapa kamar terkunci atau kosong.
"Kami kekurangan sumber daya manusia," kata dokter penanggung jawab departemen Mahesh Kumar di salah satu kamar kosong. "Kami membutuhkan dokter dan paramedis terlatih. Jika kami mendapatkannya, kami dapat dengan mudah menjalankan semua ruang ICU."
Dalam sebuah laporan, pemerintah mengidentifikasi kekurangan sumber daya manusia sebagai salah satu masalah utama. Namun pemerintah sedang berupaya memperbaikinya. [ah/rs]