Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton hari Rabu mengakhiri lawatan ke Afrika Selatan dengan berpidato di depan mahasiswa Universitas Western Cape, yang disebutnya "pelopor" gerakan anti-apartheid.
Clinton mengimbau rakyat Afrika Selatan agar menghormati warisan Nelson Mandela dan agar negara berperan lebih besar dalam menggalakkan demokrasi dan HAM di seluruh dunia.
Kepada mahasiswa di Cape Town, Clinton mengatakan, terserah kepada mereka untuk menentukan masa depan Afrika Selatan dan pendekatannya terhadap dunia.
"Kalian yang akan memutuskan apakah Afrika Selatan bergerak maju, dan bukan mundur. Kalian yang akan menentukan apakah Afrika Selatan berusaha menghapus garis-garis pemisah dalam politik global. Kalian yang akan memutuskan apakah Afrika Selatan menepiskan kecurigaan-kecurigaan dan naluri lama, dan merangkul kemitraan baru yang sesuai tantangan abad ke-21," papar Clinton.
Dalam kunjungan sebelumnya, Clinton menyebut Afrika Selatan "pusat" lawatan 11 harinya ke benua Afrika, untuk menawarkan strategi Amerika bagi Afrika, yang didefinisikan sebagai membentuk kemitraan saling menguntungkan dengan negara-negara yang mendukung perdamaian, demokrasi, HAM dan pertumbuhan ekonomi.
“Saya sering mendengar bahwa masalah Afrika memerlukan solusi Afrika. Saya di sini ingin mengatakan bahwa beberapa masalah global juga membutuhkan solusi Afrika. Dan hanya segelintir negara di benua ini yang punya pengaruh atau bisa menjadi mitra yang seefektif Afrika Selatan. Afrika Selatan adalah negara demokrasi berpeluang untuk mempengaruhi Afrika dan dunia,” ujar Clinton.
Menteri Luar Negeri Hillary Clinton juga memuji Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma dan Komunitas Pembangunan Afrika Bagian Selatan karena membantu Zimbabwe merancang konstitusi baru. Ia menghimbau para pemimpin kawasan untuk membantu mempercepat pengesahan konstitusi dan menyelenggarakan pemilu yang bebas dan adil di Zimbabwe.
Clinton mengimbau rakyat Afrika Selatan agar menghormati warisan Nelson Mandela dan agar negara berperan lebih besar dalam menggalakkan demokrasi dan HAM di seluruh dunia.
Kepada mahasiswa di Cape Town, Clinton mengatakan, terserah kepada mereka untuk menentukan masa depan Afrika Selatan dan pendekatannya terhadap dunia.
"Kalian yang akan memutuskan apakah Afrika Selatan bergerak maju, dan bukan mundur. Kalian yang akan menentukan apakah Afrika Selatan berusaha menghapus garis-garis pemisah dalam politik global. Kalian yang akan memutuskan apakah Afrika Selatan menepiskan kecurigaan-kecurigaan dan naluri lama, dan merangkul kemitraan baru yang sesuai tantangan abad ke-21," papar Clinton.
Dalam kunjungan sebelumnya, Clinton menyebut Afrika Selatan "pusat" lawatan 11 harinya ke benua Afrika, untuk menawarkan strategi Amerika bagi Afrika, yang didefinisikan sebagai membentuk kemitraan saling menguntungkan dengan negara-negara yang mendukung perdamaian, demokrasi, HAM dan pertumbuhan ekonomi.
“Saya sering mendengar bahwa masalah Afrika memerlukan solusi Afrika. Saya di sini ingin mengatakan bahwa beberapa masalah global juga membutuhkan solusi Afrika. Dan hanya segelintir negara di benua ini yang punya pengaruh atau bisa menjadi mitra yang seefektif Afrika Selatan. Afrika Selatan adalah negara demokrasi berpeluang untuk mempengaruhi Afrika dan dunia,” ujar Clinton.
Menteri Luar Negeri Hillary Clinton juga memuji Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma dan Komunitas Pembangunan Afrika Bagian Selatan karena membantu Zimbabwe merancang konstitusi baru. Ia menghimbau para pemimpin kawasan untuk membantu mempercepat pengesahan konstitusi dan menyelenggarakan pemilu yang bebas dan adil di Zimbabwe.
