China dan Vietnam menghadapi ujian baru dalam upaya mereka menghindari kontroversi terkait pengeboran minyak bawah laut setelah Beijing mengakhiri sebelum waktunya sebuah pertemuan tingkat tinggi pekan lalu. Namun, para pakar mengatakan kedua pihak nantinya akan berbaikan lagi.
Changlong, wakil ketua Komisi Pusat Militer China meninggalkan sebelum waktunya “pertemuan perbatasan pertahanan” hari Kamis di Vietnam karena “urusan pekerjaan,” kantor berita resmi Xinhua melaporkan. Fan sebelumnya telah bertemu dengan sekretaris Jenderal Partai Komunis, presiden, dan perdana menteri Vietnam.
Kedua pihak tidak memberikan pernyataan resmi apakah ada suatu hal yang menyebabkan dibatalkannya pertemuan itu. Para analis yang melacak perkembangan situasi di Vietnam berpendapat yang menjadi akar masalah adalah eksplorasi minyak yang dilakukan Vietnam di Laut China Selatan yang disengketakan dan kontak yang dilakukan akhir-akhir ini oleh Vietnam dengan saingan China , Jepang dan Amerika Serikat. Murray Hiebert, analis senior dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional mengatakan:
"Kebanyakan analis berpendapat China mengirim pesan mengenai makin kuatnya hubungan Vietnam dengan Amerika dan Jepang, atau untuk menekan Vietnam agar berhenti melakukan pengeboran minyak di Laut China Selatan, atau mungkin kedua-duanya. Kalau Hanoi tidak membaca pesan itu dengan tepat dan melakukan perubahan sesuai Permintaan China, diperkirakan Beijing akan mengirim lebih banyak peringatan kepada Vietnam dalam bulan-bulan mendatang,” ungkap Murray Hiebert.
Klaim Beijing atas perairan seluas 3,5 juta kilometer persegi bertumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif Vietnam 370 kilometer di lepas pantai timur dan selatan.
China mungkin telah menarik jenderalnya dari pertemuan di Vietnam untuk memperingatkan Vietnam mengenai eksplorasi minyak di blok 136, kata Le Hong Hiep, periset dari Institut Yusof Ishak ISEAS di Singapura. Blok 136 terletak di tenggara daratan Vietnam dan dekat dengan garis klaim perairan China yang membentang dari Brunei dan Malaysia melewati Filipina sampai Taiwan.
"Dari perspektif Vietnam, lokasi itu merupakan laut dangkal yang merupakan perpanjangan daratan Vietnam sehingga Vietnam memiliki hak kedaulatan atas kawasan itu. Selain itu, putusan mahkamah arbitrer tahun lalu menyatakan bahwa China tidak dapat mengklaim wilayah itu,” ujar Le Hong Hiep.
China mungkin makin marah ketika perdana menteri Vietnam bertemu dengan presiden Donald Trump bulan Mei dan sekelompok politisi Jepang pekan berikutnya. China marah kepada Jepang dan Amerika karena kedua negara itu menawarkan bantuan militer kepada negara-negara yang mengklaim perairan yang disengketakan itu. [ds]