China pada Selasa (28/5) menyatakan “keprihatinan mendalam” atas operasi militer Israel di Rafah, di mana serangan Israel menewaskan puluhan orang di kamp pengungsi.
China "menyatakan keprihatinan besarnya atas operasi militer Israel yang sedang berlangsung di Rafah", kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan pertemuan darurat pada hari Selasa mengenai operasi Israel di kota perbatasan selatan Gaza itu.
Serangan Israel yang menargetkan dua anggota senior Hamas pada Minggu malam memicu kebakaran yang mengoyak pusat pengungsian, menewaskan 45 orang, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Serangan tersebut memicu gelombang kecaman internasional, di mana warga Palestina dan banyak negara Arab menyebutnya sebagai "pembantaian". Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki "kecelakaan tragis" tersebut.
Pada hari Selasa, Beijing mendesak “semua pihak untuk melindungi warga sipil dan fasilitas sipil”.
Pernyataan itu juga menyatakan pihaknya "sangat mendesak Israel untuk mendengarkan seruan masyarakat internasional dan menghentikan serangannya terhadap Rafah".
Beijing telah menyerukan gencatan senjata segera sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada Oktober tahun lalu.
China secara historis bersimpati pada perjuangan Palestina dan mendukung solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina.
Presiden Xi Jinping menyerukan diadakannya "konferensi perdamaian internasional" untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Perang di Gaza dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel Selatan, yang mengakibatkan kematian lebih dari 1.170 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Militan juga menyandera 252 orang, 121 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 37 orang yang menurut militer tewas.
Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 36.050 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas itu. [ab/uh]
Forum