Tim kuasa hukum Yang Hui, remaja berusia 16 tahun, mengatakan pihak berwenang telah membebaskan Yang hari Selasa (17/9), setelah satu minggu berada di penjara di propinsi Gansu Tengah.
Polisi menangkap Yang Hui atas tuduhan memicu kemelut setelah memasang komentar di internet mempertanyakan penyelidikan terhadap tewasnya seorang manajer karaoke, yang mayatnya ditemukan di jalan.
Polisi dengan cepat menyimpulkan bahwa manajer itu tewas karena terjatuh dari sebuah gedung dan menganggap kasus tersebut itu selesai, tetapi warga yang skeptis menyelenggarakan demonstrasi menuntut penyelidikan.
Penahanan Yang Hui memicu perhatian para pengacara dan aktivis HAM yang memperjuangkan kasusnya. Wang Shihua – salah seorang pengacaranya – mengatakan tim kuasa hukum telah berhasil menggugurkan tuduhan terhadapnya.
“Yang Hui ditangkap atas tuduhan terlibat pertengkaran dan membuat onar. Kemarin sore mereka mencabut tuduhan itu dan menjadikan kasus ini sebagai pelanggaran administratif, tetapi karena Yang masih di bawah umur dan ini pertama kali ia dikenai hukuman administratif, penahanan tidak bisa dilakukan dan ia harus dibebaskan,” kata Wang.
Beberapa hari kemudian, Yang Hui menulis dua artikel lagi yang dilengkapi dengan foto-foto yang diambil dari depan tempat karaoke di mana polisi dengan perisai dan pentungan berjaga-jaga.
Artikel yang dipasang di microblog-nya telah diteruskan ulang lebih dari 500 kali, sehingga ia bisa dikenai peraturan hukum baru yang mengatakan apabila ada posting yang dibaca lebih dari lima ribu orang atau lebih dari 500 orang memasang kembali artikelnya, tindakan itu bisa dianggap sebagai kejahatan jika menyebarkan informasi yang dinilai pemerintah sebagai gossip tidak bertanggungjawab.
Pengacara Wang Shihua yakin pembebasan Yang Hui merupakan suatu terobosan untuk menentukan apakah pedoman-pedoman baru tentang desas-desus di internet itu beralasan atau tidak.
Sepanjang akhir pekan lalu nama Yang Hui menjadi salah satu yang paling dicari di Weibo – jaringan microblog lokal di China.
Rachel Lu – penulis di Tea Leaf Nation – perusahaan peneliti yang mengawasi internet China mengatakan, kasus ini menunjukkan bahwa banyak cara melanggar peraturan baru.
“Pemerintah lokal yang menekan protes dengan menerapkan aturan ini secara sangat serius. Dan menggunakan aturan tersebut terhadap orang-orang yang berada dalam wilayah hukumnya,” kata Rachel.
Pekan lalu polisi dilaporkan telah menanyai “netizen” atau warga internet berpengaruh lainnya yang membantu memaparkan kasus pejabat yang korup, yang dikenal sangat menyukai jam-jam tangan mahal. Gambar-gambar yang dimuat oleh blogger Wu Dong itu memicu penyelidikan terhadap Yang Dacai – petugas di Shanxi yang kemudian dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena menerima suap.
Ketika banyak orang bersuara menentang penafsiran hukum sepihak sebagai cara untuk membungkam perdebatan di dunia maya dan menumpas para pembangkang, ada bukti bahwa pedoman tersebut terbukti efektif.
Media China baru-baru ini menerbitkan data yang menunjukkan penurunan kegiatan Weibo.
“Saya telah bicara dengan orang-orang yang memantau opini publik di dalam pemerintah China” – ujar Rachel Lu – “dan mereka mengatakan pekerjaan mereka jadi lebih mudah karena orang tidak lagi banyak bicara”. “Undang-undang ini mulai berfungsi. Orang telah diintimidasi”, tambah Rachel Lu.
Polisi menangkap Yang Hui atas tuduhan memicu kemelut setelah memasang komentar di internet mempertanyakan penyelidikan terhadap tewasnya seorang manajer karaoke, yang mayatnya ditemukan di jalan.
Polisi dengan cepat menyimpulkan bahwa manajer itu tewas karena terjatuh dari sebuah gedung dan menganggap kasus tersebut itu selesai, tetapi warga yang skeptis menyelenggarakan demonstrasi menuntut penyelidikan.
Penahanan Yang Hui memicu perhatian para pengacara dan aktivis HAM yang memperjuangkan kasusnya. Wang Shihua – salah seorang pengacaranya – mengatakan tim kuasa hukum telah berhasil menggugurkan tuduhan terhadapnya.
“Yang Hui ditangkap atas tuduhan terlibat pertengkaran dan membuat onar. Kemarin sore mereka mencabut tuduhan itu dan menjadikan kasus ini sebagai pelanggaran administratif, tetapi karena Yang masih di bawah umur dan ini pertama kali ia dikenai hukuman administratif, penahanan tidak bisa dilakukan dan ia harus dibebaskan,” kata Wang.
Beberapa hari kemudian, Yang Hui menulis dua artikel lagi yang dilengkapi dengan foto-foto yang diambil dari depan tempat karaoke di mana polisi dengan perisai dan pentungan berjaga-jaga.
Artikel yang dipasang di microblog-nya telah diteruskan ulang lebih dari 500 kali, sehingga ia bisa dikenai peraturan hukum baru yang mengatakan apabila ada posting yang dibaca lebih dari lima ribu orang atau lebih dari 500 orang memasang kembali artikelnya, tindakan itu bisa dianggap sebagai kejahatan jika menyebarkan informasi yang dinilai pemerintah sebagai gossip tidak bertanggungjawab.
Pengacara Wang Shihua yakin pembebasan Yang Hui merupakan suatu terobosan untuk menentukan apakah pedoman-pedoman baru tentang desas-desus di internet itu beralasan atau tidak.
Sepanjang akhir pekan lalu nama Yang Hui menjadi salah satu yang paling dicari di Weibo – jaringan microblog lokal di China.
Rachel Lu – penulis di Tea Leaf Nation – perusahaan peneliti yang mengawasi internet China mengatakan, kasus ini menunjukkan bahwa banyak cara melanggar peraturan baru.
“Pemerintah lokal yang menekan protes dengan menerapkan aturan ini secara sangat serius. Dan menggunakan aturan tersebut terhadap orang-orang yang berada dalam wilayah hukumnya,” kata Rachel.
Pekan lalu polisi dilaporkan telah menanyai “netizen” atau warga internet berpengaruh lainnya yang membantu memaparkan kasus pejabat yang korup, yang dikenal sangat menyukai jam-jam tangan mahal. Gambar-gambar yang dimuat oleh blogger Wu Dong itu memicu penyelidikan terhadap Yang Dacai – petugas di Shanxi yang kemudian dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena menerima suap.
Ketika banyak orang bersuara menentang penafsiran hukum sepihak sebagai cara untuk membungkam perdebatan di dunia maya dan menumpas para pembangkang, ada bukti bahwa pedoman tersebut terbukti efektif.
Media China baru-baru ini menerbitkan data yang menunjukkan penurunan kegiatan Weibo.
“Saya telah bicara dengan orang-orang yang memantau opini publik di dalam pemerintah China” – ujar Rachel Lu – “dan mereka mengatakan pekerjaan mereka jadi lebih mudah karena orang tidak lagi banyak bicara”. “Undang-undang ini mulai berfungsi. Orang telah diintimidasi”, tambah Rachel Lu.