Tautan-tautan Akses

China Lunakkan Sikap Saat Lawatan Pejabat AS 


Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menjabat tangan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan di Beijing, China, pada 29 Agustus 2024. (Foto: Li Xueren/Xinhua via AP)
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menjabat tangan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan di Beijing, China, pada 29 Agustus 2024. (Foto: Li Xueren/Xinhua via AP)

Beijing mengadopsi nada yang ramah dalam laporannya terkait kunjungan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada minggu ini, dan menekankan kerja sama serta saluran komunikasi yang terbuka, meskipun tetap mengklaim bahwa kebijakan Amerika Serikat terhadap China “tidak tepat.”

Lawatan Sullivan selama tiga hari yang padat tersebut berakhir pada Kamis (29/8) setelah ia melangsungkan pertemuan dengan beberapa pejabat China, termasuk pemimpin tertinggi China, Xi Jinping.

Ketika melaporkan pertemuan Sullivan dengan Menteri Luar Negeri Wang Yi, Kementerian Luar Negeri China pada Rabu (28/8) menyebut pembicaraan itu “terbuka, substantif dan konstruktif,” sebuah ungkapan yang juga digaungkan dalam pernyataan yang dirilis oleh Gedung Putih.

Sullivan adalah penasihat keamanan nasional Gedung Putih pertama yang melawat ke China dalam delapan tahun, suatu kurun waktu yang diwarnai dengan perselisihan seputar hubungan militer-ke-militer, keamanan siber, kegiatan mata-mata dan perang di Ukraina.

Itu merupakan pertemuan langsung kelima antara Sullivan dan Wang sejak Mei 2023. Keduanya sebelumnya berbicara di Bangkok, Wina, Washington dan Malta. Tetapi pertemuan pada hari Rabu lalu menandai pertama kalinya Beijing menyertakan pandangan dari sisi Amerika Serikat dalam laporannya.

“Amerika Serikat dan China akan hidup berdampingan dengan damai di bumi ini untuk waktu yang lama,” ungkap Sullivan dalam laporan yang dimuat oleh China. “Sasaran kebijakan AS adalah menemukan cara yang memungkinkan pembangunan berkelanjutan dalam hubungan AS–China.”

Menurut laporan Beijingm Sullivan mendefinisikan hubungan kedua negara sebagai kombinasi antara kerja sama dan kompetisi, sebuah karakteristik yang telah menjadi prinsip utama dari pemerintahan Presiden Joe Biden dalam strateginya terkait China.

Beberapa pakar mengatakan fakta bahwa China memberi ruang dalam laporannya untuk diisi dengan butir-butir pernyataan Amerika Serikat, memberi isyarat bahwa China semakin terbuka untuk bekerja sama dengan AS.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menjawab pertanyaan para wartawan dalam konferensi pers di Beijing, China, pada 29 Agustus 2024. (Foto: AP/Ng Han Guan)
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menjawab pertanyaan para wartawan dalam konferensi pers di Beijing, China, pada 29 Agustus 2024. (Foto: AP/Ng Han Guan)

Pakar politik di Universitas Chicago, Dali Yang, mengatakan kepada VOA bahwa China biasanya menolak uraian pemerintahan Biden tentang hubungan AS–China.

“Namun tampaknya pihak China kini lebih menerima pandangan pihak AS,” kata Yang. “Atau setidaknya Beijing menerima bahwa inilah posisi AS yang harus dihadapi China.”

Setelah Wang, Sullivan secara terpisah melangsungkan pertemuan dengan Xi dan pejabat militer senior Zhang Youxia. Pertemuan tersebut berfokus pada topik-topik tentang Taiwan, Laut China Selatan, kebijakan perdagangan, sanksi AS terhadap bisnis dan entitas China, konflik di Gaza serta perang di Ukraina.

Pertemuan berlangsung secara ramah. Foto-foto dan video yang dirilis oleh media pemerintah China memperlihatkan Sullivan saling berjabat tangan dengan Xi, dan Zhang yang sama-sama tampak tersenyum.

Kebijakan AS yang 'salah' terkait China

Di samping senyuman dari para pejabat dan kata "kerja sama" yang menghiasi lawatan Sullivan, Beijing tampaknya tetap menggambarkan AS sebagai pihak yang perlu menyesuaikan kebijakannya dan bergerak mendekat kepada posisi yang diambil China dalam berbagai isu.

Xi mengatakan kepada Sullivan bahwa AS seharusnya "bekerja dengan China dalam arah yang sama, memandang China dan perkembangannya dalam sisi yang positif dan rasional, saling melihat perkembangan satu sama lain sebagai sebuah kesempatan dan bukan sebagai tantangan, serta bekerja sama dengan China untuk menemukan cara yang tepat agar kedua negara dapat hidup berdampingan."

Sementara Zhang mendorong AS untuk "mengoreksi persepsi strategis mereka terkait China" dan menghormati "kepentingan inti" China dengan menghentikan penjualan senjata kepada Taiwan dan "berhenti menyebarkan narasi palsu tentang Taiwan."

Sebelum Sullivan tiba di Beijing, media pemerintah China Global Times menerbitkan sebuah kolom opini yang mengkritisi pemahaman Washington "yang salah" tentang China.

"AS secara fundamental perlu mengubah persepsinya terkait China dan posisi strategisnya terhadap China," tulis artikel opini tersebut. [jm/em/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG