China, Selasa (18/8), memperpanjang sengketa perdagangan dan diplomatiknya yang sengit dengan Australia, dengan meluncurkan investigasi antidumping terhadap impor minuman anggur Australia.
Kementerian Perdagangan China menyatakan penyelidikan diluncurkan atas permintaan Asosiasi Minuman Beralkohol China, yang menuduh bahwa produsen anggur Australia memangkas tajam harga produk yang mereka jual di China. Hal tersebut selanjutnya merusak industri anggur domestik China
Kementerian menyatakan investigasi akan berlangsung selama satu tahun penuh, dengan kemungkinan diperpanjang enam bulan lagi hingga 18 Februari 2022.
Pengumuman Beijing mengenai penyelidikan antidumping itu menyebabkan harga saham Treasury Wine Estate, produsen anggur tunggal terbesar di dunia, yang berbasis di Australia, sempat merosot hingga 20 persen pada hari Selasa (18/8) sebelum dihentikan sebentar penjualannya, dan kemudian turun 13 persen pada perdagangan sore hari.
China adalah pasar utama bagi ekspor anggur Australia dengan penjualan bernilai lebih dari $ 790 juta pada tahun lalu dan menguasai 37 persen pangsa pasarnya, disusul oleh Perancis yang menguasai 27 persen pangsa pasarnya.
Treasury Wine Estates mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan pihaknya akan bekerja sama dengan permintaan informasi apapun yang diajukan pihak berwenang China atau Australia.
Menteri Perdagangan Federal Australia Simon Birmingham menyebut penyelidikan oleh Beijing itu sebagai “perkembangan yang sangat mengecewakan dan membingungkan.” [uh/ab]