Tautan-tautan Akses

China Hukum Mati 2 Pembunuh Massal


Seorang perempuan menyalakan lilin sebagai persembahan di luar "Zhuhai People's Fitness Plaza" di Zhuhai, provinsi Guangdong, China selatan, tempat seorang pria menabrakkan mobilnya ke orang-orang yang sedang berolahraga di pusat olahraga itu, 12 November 2024. (Ng Han Guan/AP)
Seorang perempuan menyalakan lilin sebagai persembahan di luar "Zhuhai People's Fitness Plaza" di Zhuhai, provinsi Guangdong, China selatan, tempat seorang pria menabrakkan mobilnya ke orang-orang yang sedang berolahraga di pusat olahraga itu, 12 November 2024. (Ng Han Guan/AP)

China mengalami insiden pembunuhan massal paling mematikan dalam satu dasawarsa terakhir pada November. Tujuh puluh hari kemudian, pada hari Senin, China menghukum mati pelakunya, bersama dengan pembunuh lainnya yang bertanggung jawab atas serangan berikutnya.

Kecepatan pengambilan keputusan dan vonis hukuman mati itu, mendapat tepuk tangan dari netizen China, namun menuai kritik dari analis hukum yang berpendapat, eksekusi cepat para pembunuh akan gagal mencegah kejahatan pada masa depan.

Fan Weiqiu, (62), mengendarai mobilnya ke arah kerumunan orang di sekitar Stadion Zhuhai di provinsi Guangdong, menewaskan 35 orang dan melukai 43 orang.

Pada persidangannya tanggal 27 Desember, Fan menyatakan bahwa dia didorong oleh ketidakpuasan terhadap penyelesaian perceraiannya. Pengadilan menjatuhkan hukuman mati pada hari yang sama, menyebut motivasinya "sangat kejam dan sifat kejahatannya sangat mengerikan."

Pesan dukungan terhadap eksekusi Fan diposting di media social Weibo. Salah satu pengguna, Dokter Gigi Wu Bin mengomentari bahwa kematian penjahat itu "memuaskan semua orang".

Pengguna lain dari Hong Kong, berjuluk A Girl's Runaway Dream, menulis: "Saya mendukung keputusan itu! Jangan biarkan orang-orang jahat ini terus bersuara pada tahun baru Imlek. Saya berharap mereka beristirahat dengan damai. Keadilan tidak pernah terlambat!"

Warga mengamati pembatas di pintu masuk tempat seorang pria dengan sengaja menabrakkan mobilnya ke orang-orang yang tengah berolahraga, menewaskan beberapa orang di Zhuhai, Guangdong, China selatan, 12 November 2024. (Ng Han Guan/AP)
Warga mengamati pembatas di pintu masuk tempat seorang pria dengan sengaja menabrakkan mobilnya ke orang-orang yang tengah berolahraga, menewaskan beberapa orang di Zhuhai, Guangdong, China selatan, 12 November 2024. (Ng Han Guan/AP)

Meski demikian, sejumlah kecil netizen menyatakan skeptis terhadap hukuman mati. Pengguna Weibo, Shumu Yangshenwo di provinsi Hainan menulis: "Kapan China bisa menghapuskan hukuman mati sebagai bentuk penyiksaan?."

Pelaku kejahatan lain, Xu Jiajin, dihukum mati hari Senin karena membunuh delapan orang dan melukai 17 lainnya di almamaternya, sebuah sekolah teknik di Wuxi.

Remaja berusia 21 tahun itu mendatangi kampusnya untuk membalas dendam setelah gagal dalam ujian akhir dan tidak menerima ijazah kelulusannya.

Komunitas online menyebarkan pesan bunuh diri yang ditulis oleh Xu, "Saya berharap kematian saya akan memajukan undang-undang ketenagakerjaan. Jangan salahkan saya, tetapi beberapa masalah harus diselesaikan."

Eksekusi Xu terjadi hanya 66 hari menyusul kejahatan dan penjatuhan vonisnya. Perubahan menjadi kurang dari tiga bulan mulai dari tindak kejahatannya sampai keputusan hukumannya dalam kedua kasus itu, menyebabkan beberapa pengamat hukum mempertanyakan keabsahan sistem peradilan China. [ps/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG