Bus Nomor 66 melaju seperti bus diesel reguler di sisi barat Chicago. Tak seorang pun yang tampaknya memperhatikan dengung motor listrik yang menggerakkan bus tersebut.
Otoritas Perhubungan Chicago (Chicago Transit Authority, CTA) memang ingin mengoperasikan bus andal yang tidak menimbulkan polusi udara itu, meskipun cuaca dingin dapat mengurangi jangkauan daya baterainya.
CTA harus melakukan banyak hal dan mengeluarkan banyak biaya untuk mengoperasikan bus listrik. Harga satu bus listrik sekitar $1,1 juta, sekitar $500 ribu lebih mahal daripada bus diesel. Tetapi setelah mengeluarkan modal untuk bus dan stasiun pengisian daya, biaya pengoperasian bus listrik jauh lebih sedikit daripada biaya bus diesel.
Menurut CTA, biaya operasi bus listrik sepanjang 12 meter itu adalah $2,01 per mil (sekitar Rp18.800 per kilometer). Untuk bus diesel, biayanya adalah sekitar $3,08, dan untuk bus hibrida diesel-listrik sekitar $2,63.
CTA juga harus membangun tempat-tempat pengecasan cepat di kedua ujung jalur untuk membuat bus tetap beroperasi. Bus Nomor 66 termasuk yang pertama dari banyak jalur bus yang akan diubah ke mesin listrik. CTA menargetkan semua busnya bermesin listrik pada tahun 2040.
Don Hargrove, manajer pemeliharaan senior CTA di garasi yang menampung sebagian besar dari 23 bus listrik otoritas itu mengatakan, "Saya pikir manfaatnya bagi CTA adalah memberikan layanan yang lebih bersih kepada klien kami, sewaktu kita terus melangkah ke arah emisi nol.”
Baterai terus dipantau untuk memastikan dayanya tidak cepat habis yang dapat membuat bus tak bisa beroperasi. Begitu daya berkurang di bawah 50 persen, baterai itu harus dicas hingga penuh. Sejauh ini, semua berjalan baik.
Eksperimen CTA dengan bus listrik dimulai pada tahun 2014 dan kini telah melakukan peralihannya. Sistem transportasi lainnya akan melalui proses yang sama untuk membantu mengurangi polusi dan memerangi perubahan iklim. AS tertinggal dari beberapa negara lain dalam hal pengoperasian bus listrik. China memimpin dalam hal itu sekarang ini.
Di Chicago, cuaca memperlambat penggunaan bus listrik. Baterai ion-lithium yang menggerakkan bus itu berkurang efisiensinya sewaktu suhu turun, membuat jarak tempuhnya berkurang.
Sebagian besar energi yang terkuras dari baterai itu digunakan untuk menjaga bagian dalam bus tetap hangat hingga suhu 21 derajat Celsius.
Hargrove menjelaskan, "Sementara kami mengatasi tantangan cuaca buruk sehari-hari di Chicago, saya yakin ini berkelanjutan. Ada beberapa hal yang kami siapkan sewaktu kami melangkah maju, mulai dari evaluasi cuaca dingin dan bagaimana bus-bus itu bekerja.”
Bus-bus listrik memiliki mesin diesel kecil yang memanaskan kabin saat suhu ekstrem untuk memperpanjang daya guna baterai. Tetapi sering kali bus-bus itu menggunakan pemanas listrik yang dapat menyedot daya baterai.
Setiap 16 kilometer, jarak sekali jalan rute bus Nomor 66, bus listrik memakai sekitar delapan persen energinya. Pada musim dingin, daya penuh baterai dapat membuat bus menempuh jarak 160 kilometer. Setelah sekitar enam kali menempuh rute sekali jalan, baterai harus dicas kalau dayanya berkurang menjadi di bawah 50 persen. [uh/ab]
Forum