Direktur Utama Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (PDTS-KBS) Chairul Anwar, menutup Kebun Binatang Surabaya dari wisatawan, terhitung mulai tanggal 17 hingga 29 Maret 2020. Menurutnya, langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya bersama mencegah penyebaran virus coronamengingat Kebun Binatang Surabaya merupakan tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar negeri.
“Melakukan langkah-langkah preventif dalam upaya mencegah wabah virus corona, COVID-19 ini, untuk tidak masuk khususnya yang ada di zona atau lingkungan Kebun Binatang Surabaya,” kata Chairul Anwar.
Protokol penanganan telah dibuat, dan telah dipersiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi serta meminimalisir potensi penyebaran virus corona. Chairul Anwar mengatakan, penyemprotan desinfektan dilakukan di seluruh titik yang menjadi kawasan bertemunya pengunjung maupun karyawan, sehingga ancaman penyebaran virus dapat ditekan.
Selain itu, pengelola Kebun Binatang Surabaya juga telah menyiapkan penyanitasi tangan di banyak titik, serta thermal gun di setiap pintu masuk. Langkah penanganan medis juga telah disiapkan, bila ditemui ada pengunjung, karyawan, maupun mitra kerja yang terdeteksi memiliki ciri-ciri penyakit akibat virus corona.
“Kita juga sudah melakukan kegiatan penyemprotan desinfektan ke seluruh titik-titik yang menjadi meeting point, baik itu untuk karyawan maupun untuk pengunjung, serta menyediakan hand sanitizer di zona-zona yang sudah tersebar baik di dalam maupun di luar Kebun Binatang Surabaya. Kemudian juga, kita sudah menyediakan untuk keset, untuk filter kaki yang dilaburi dengan desinfektan, dan juga ada spray untuk mendeteksi dari atas sampai ke bawah untuk pengunjung maupun tamu, maupun karyawan kita sendiri yang masuk ke sini,” kata Chairul Anwar.
Langkah penutupan ini menurut Chairul Anwar, juga sebagai kesempatan untuk mengistirahatkan satwa yang selama ini dipamerkan ke pengunjung. Pembenahan-pembenahan ruang tinggal serta sanitasi satwa juga akan dilakukan selama periode istirahat ini, termasuk meningkatkan intensitas mandi dan perawatan satwa, pengecekan kondisi fisik serta kesehatan satwa.
Sementara itu, Ketua Profauna Indonesia, Rosek Nursahid menilai positif penutupan sementara lembaga konservasi, termasuk Kebun Binatang Surabaya.
“Saya pikir bagus (ditutup, red)), jadi ada jeda satwa istirahat dari interaksi dengan manusia. Jadi ada jeda mereka untuk tereksploitasi, tanda petik. Karena kan secara psikologi, dan standar kesejahteraan hewan itu kan satwa di LK (lembaga konservasi, red) itu memang harus diberi jeda untuk mereka sementara istirahat. Biarlah mereka melakukan ekspresi sesuai dengan apa yang diinginkannya, bukan yang diinginkan oleh manusia,” komentarnya.
Rosek menambahkan, penutupan sementara di lembaga konservasi juga dapat mencegah penularan penyakit dari dan kepada satwa, meski untuk virus corona belum ada data dan bukti yang menyebutkan kemungkinan menular kepada satwa terutama primata.
“Misalnya batuk, flu itu bisa menularkan kepada mamalia, khususnya primata, itu bisa. Nah, kalau corona itu kan juga sejenis ya, kerabat dengan flu, jadi kemungkinan bisa ya mungkin, tapi saya tidak berani memastikan itu. Tapi kalau yang lainnya, flu, batuk, itu bisa menular ke satwa,” imbuh Rosek Nursahid. [pr/ab]