Tautan-tautan Akses

Cedera Mengintai Petinju Anak-anak Thailand


Nanthawat Pomsod (tengah), 11 tahun, seorang petinju anak, berlaga melawan Kritthonglek Sitkritthongkam (kiri), dalam pertandingan tinju di sebuah kuil, di Provinsi Buriram, Thailand, 2 Februari 2018.
Nanthawat Pomsod (tengah), 11 tahun, seorang petinju anak, berlaga melawan Kritthonglek Sitkritthongkam (kiri), dalam pertandingan tinju di sebuah kuil, di Provinsi Buriram, Thailand, 2 Februari 2018.

Sorak-sorai pecah saat dua anak laki-laki saling melayangkan tinju di ring tinju, di Provinsi Buriran, di timur laut Thailand.

Setelah lima ronde, pemenang pertandingan adalah Nanthawat Promsod, 11 tahun, yang dikenal dengan nama julukan: “Saksandee Super Besar.”

Dia mendapat hadiah 3.000 baht ($94,34) karena memenangkan pertandingan dan mendapat tambahan 1.500 bath ($47,17) untuk setiap pertandingan yang dia ikuti.

Nanthawat adalah satu dari setidaknya 10 petinju berusia 15 tahun atau kurang di Distrik Satuk. Hampir setiap desa di sana memiliki sasana tinju.

“Muay Thai,” atau Thai Boxing, kabarnya sudah berusia 2.000 tahun. Dikenal dengan “Seni Delapan Anggota Tubuh,” gerakan Muay Thai banyak bertumpu pada sikut, tangan, dengkul dan kaki.

Olahraga nasional Thailand ini makin popular di luar negeri. Namun di Thailand sendiri, Muay Thai adalah jalan untuk keluar dari kemiskinan. Mereka yang bisa mencapai posisi puncak dalam olahraga ini bisa menghasilkan banyak uang.

Daerah pedesaan di timur laut Thailand adalah rumah bintang-bintang besar tinju yang memenangkan penghargaan internasional, seperti petinju kelas menengah Buakaw Banchamek, juara dua kali K-1 World MAX.

Berasal dari Provinsi Surin, Buakaw, 35 tahun, mulai berlaga ketika dia berusia delapan tahun dan memenangkan turnamen kickboxing internasional pertama di Tokyo pada 2004.

Nanthawat ingin mengikuti jejaknya.

“Saya ingin menjadi juara,” kata Nanthawat, yang telah bertanding 40 kali dalam kariernya selama 2 tahun. Beberapa bulan terakhir, Nanthawat menang lebih dari 10 laga berturut-turut.

Petinju anak, Wutthichai Inthawimon, 9 tahun, bersiap untuk bertanding di sebuah kuil, di Provinsi Buriram, Thailand, 2 Februari 2018.
Petinju anak, Wutthichai Inthawimon, 9 tahun, bersiap untuk bertanding di sebuah kuil, di Provinsi Buriram, Thailand, 2 Februari 2018.

Namun seiring dengan makin banyak anak Thailand, beberapa bahkan anak-anak pra-TK, menekuni Muay Thai, para dokter dan beberapa lembaga hak anak, memperingatkan olahraga bisa menyebabkan masalah kesehatan kronis, seperti gangguan neurologis atau urat syaraf.

Jiraporn Laothamatas, ahli neurologis dan direktur Advanced Diagnostic Imaging Center di Thailand, mengatakan studi yang dia lakukan selama lima tahun menunjukkan pola kerusakan otak dan hilang ingatan pada petinju-petinju muda, dibandingkan mereka yang tidak bertinju.

“Tidak ada kegiatan bertinju yang aman karena anda bisa melihat bahkan para petinju dewasa juga bertambah tua, mereka juga memiliki penyakit Parkinson, yang disebabkan oleh kerusakan otak.

Menurut data Otoritas Olahraga Thailand tahun lalu, lebih dari 10.000 petinju Thailand berusia kurang dari 15 tahun. Namun para ahli mengatakan angka sebenarnya bisa 20 kali lebih tinggi karena tidak semua petinju terdaftar.

Meski demikian, para orang tua dan pelatih beralasan, Muay Thai mengajarkan disiplin dan sumber pendapatan penting.

“Uang yang didapat Nanthawat dari bertinju akan kami tabung untuk keperluan dia,” kata ayah dan pelatih Nanthawat, Ong-arj Promsod, 36 tahun. “Ketika kami kekurangan uang, saya akan beri dia uang jajan untuk di sekolah.” [fw/au]

XS
SM
MD
LG