Hasil kajian baru PBB tersebut tampaknya akan mempertanyakan keputusan pemerintah meninggalkan kampanye pemberantasan udara yang didukung Amerika.
Survei tahunan PBB itu, sebagian didasarkan pada citra satelit, mendapati bahwa produksi coca melonjak 44 persen tahun lalu di Kolombia menjadi sekitar 69 ribu hektar, sekitar 12 kali lebih besar dari ukuran kawasan Manhattan di New York. Potensi produksi kokain bahkan jauh lebih tinggi, hampir 53 persen menjadi 442 metrik ton.
Kenaikan itu terbesar dalam hampir 10 tahun dan membuat produksi coca kembali naik ke tingkat seperti sebelum tahun 2009. Temuan itu sesuai hasil survei pemerintah Amerika yang dilakukan terpisah, yang menunjukkan produksi coca melonjak 39 persen tahun 2014.
"Faktor penentunya adalah harga coca yang lebih mahal,'' ujar Bo Mathiasen, pejabat PBB untuk Narkoba dan Kejahatan di Kolombia hari Kamis (2/7) ketika menyampaikan laporan tersebut.