Penyelidik AS mengatakan, bom yang meledak pada hari Minggu (18/3) sore di Austin, Texas memanfaatkan tripwire atau kawat penarik yang disembunyikan dan "lebih canggih" dari tiga ledakan sebelumnya awal bulan ini.
Pihak berwenang mengatakan, dua pria, keduanya berusia awal 20-an, terluka dalam ledakan terakhir yang mengguncang ibu kota negara bagian AS barat daya itu. Kepala polisi Austin, Brian Manley mengatakan, kedua korban menderita "luka parah" dalam insiden itu, namun berada dalam kondisi stabil di rumah sakit setempat.
Dia mengatakan, penyidik "telah melihat kesamaan pada perangkat yang meledak tadi malam dengan tiga perangkat lainnya yang meledak di Austin pada 2 Maret." Ledakan sebelumnya menewaskan dua orang dan melukai dua lainnya.
Agen FBI, Christopher Combs mengatakan penggunaan tripwire untuk meledakkan bom dalam ledakan terbaru merupakan perubahan yang berarti, ini lebih canggih. Ini tidak disasarkan pada orang tertentu. Kami sangat khawatir dengan metode tripwire ini, seorang anak yang berjalan di trotoar bisa menginjak kawat itu.
Ledakan sebelumnya berasal dari paket yang dimuati bom dan digeletakkan di depan pintu rumah dan meledak saat korban memungutnya. Combs mengatakan "sangat penting" agar penduduk Austin menjauh dari apapun yang mungkin mereka "anggap mencurigakan."
Polisi menyelidiki pemboman itu kemungkinan merupakan kejahatan kebencian. Tiga ledakan pertama membunuh dua pria Amerika keturunan Afrika dan seorang wanita Hispanik berusia 75 tahun. Tetapi korban terbaru berkulit putih.
Pihak berwenang menawarkan hadiah $100.000 untuk siapapun yang memberikan informasi kepada lembaga penegak hukum yang mengarah pada penangkapan orang-orang yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut. [ps/jm]