Pejabat kesehatan mengatakan kedua dosis suntikan vaksin COVID-19 tersebut harus dari jenis vaksin yang sama.
Vaksin COVID-19 yang diluncurkan di Amerika Serikat, Inggris Raya, dan bagian lain dunia sejauh ini memerlukan dua suntikan dalam selang beberapa minggu.
Di Amerika Serikat (AS), yang memilih menggunakan vaksin dari Pfizer dan Moderna, pejabat kesehatan mengatakan keduanya tidak bisa saling menggantikan, meski dibuat dengan cara yang sama.
Dalam "situasi luar biasa" ketika vaksin yang sama tidak tersedia atau jika tidak diketahui apa yang diberikan untuk suntikan pertama, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (U.S. Centers for Disease Control and Prevention/CDC) mengatakan dalam panduan yang baru-baru ini diperbarui bahwa boleh memberikan vaksin mana pun yang tersedia untuk suntikan dosis kedua.
Badan tersebut mencatat bahwa rekomendasi dapat diperbarui seiring dengan makin banyaknya informasi yang tersedia, atau jika jenis vaksin lain diizinkan untuk didistribusikan.
CDC juga mengatakan dosi-dosis itu dapat diberikan dalam selang waktu hingga enam minggu jika tidak memungkinkan untuk memberikan dosis kedua pada interval yang direkomendasikan. Untuk vaksin Pfizer, dosis kedua direkomendasikan tiga minggu setelah yang pertama. Suntikan kedua dari vaksin Moderna seharusnya dilakukan empat minggu kemudian.
"Setelah mengirimkan panduan awal kami, kami menerima umpan balik bahwa beberapa fleksibilitas dalam bahasa kami mungkin bisa membantu," kata juru bicara CDC, Kristen Nordlund, dalam email.
Rekomendasi awal tentang dosis dan waktu harus tetap diikuti, tetapi CDC tidak ingin panduannya “terlalu kaku sehingga menciptakan hambatan yang tidak diinginkan,” kata Nordlund.
Pejabat di Inggris, yang memilih menggunakan vaksin buatan Pfizer dan jenis vaksin berbeda dari AstraZeneca, juga mengatakan bahwa dosisnya harus konsisten. Namun, kasus yang jarang terjadi, mereka mengatakan dosis yang tidak sesuai lebih baik daripada perlindungan sebagian. [na/ft]