Tautan-tautan Akses

Biden Tetap Dukung Pengendalian Senjata Api, Minta Rakyat Redakan Ketegangan 


Presiden AS Joe Biden menandatangani rancangan undang-undang keamanan senjata di Ruang Roosevelt di Gedung Putih, Washington, pada 25 Juni 2022. (Foto: AP/Pablo Martinez Monsivais)
Presiden AS Joe Biden menandatangani rancangan undang-undang keamanan senjata di Ruang Roosevelt di Gedung Putih, Washington, pada 25 Juni 2022. (Foto: AP/Pablo Martinez Monsivais)

Menyusul upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump Sabtu (13/7) lalu, perbincangan seputar senjata dan kebijakannya semakin memanas – bahkan ketika Presiden Joe Biden meminta rakyatnya menenangkan diri.

Peristiwa pada Sabtu lalu merupakan percobaan pembunuhan terhadap presiden maupun mantan presiden AS pertama sejak tahun 1981, ketika Ronald Reagan ditembak.

“Pertama, itu gila,” ujar Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Alejandro Mayorkas, ketika ditanya tentang rumor bahwa percobaan pembunuhan itu adalah pekerjaan orang dalam yang melibatkan pemerintahan yang sedang berkuasa.

“Merupakan hal yang berbahaya juga untuk menyebarkan desas-desus yang sungguh keliru dan provokatif,” katanya pada konferensi pers, hari Senin (15/7). “Seperti yang disampaikan presiden dengan tegas kepada seluruh rakyat, kita harus meredam retorika di negara ini.”

Kebijakan senjata AS mungkin akan mendapatkan fokus khusus dalam kampanye dan debat menjelang pemilihan presiden AS 2024.

Bahkan sebelum penembakan itu, Biden telah mendukung dengan kuat kebijakan senjata api yang lebih ketat.

Biden menjabat wakil presiden pada masa pemerintahan Barack Obama, yang kala itu berusaha memperketat kebijakan senjata api, menyusul penembakan massal di SD Sandy Hook tahun 2012, yang menewaskan 26 orang – mayoritas anak berusia 6 dan 7 tahun, tapi gagal menggolkan RUU tersebut.

Setelah peristiwa nahas tersebut, Obama meminta Biden untuk memimpin inisiatif yang lebih konkret untuk mereformasi kebijakan senjata api. Biden pun menemui berbagai kelompok warga untuk meminta pendapat mereka.

Di sisi lain, Trump mendukung kebijakan senjata api yang tidak terlalu ketat. Kampanyenya menyerukan deregulasi senjata api, dan ia pun mengatakan bahwa ia akan mencabut beberapa kebijakan eksekutif yang diambil Biden.

Pada konferensi pers bersama Mayorkas pada Senin (15/7), Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menegaskan kembali sikap Biden terkait kebijakan senjata api.

“Jelas, presiden telah menjadi pendukung kuat pengendalian senjata api. Ia telah demikian sepanjang karirnya sebagai senator, wakil presiden dan kini sebagai presiden,” kata Jean-Pierre saat menjawab pertanyaan VOA.

Ia mengatakan, Kongres AS menyetujui RUU keamanan senjata api berskala besar untuk pertama kalinya dalam 30 tahun pada tahun 2022. “Presiden memimpin upaya itu dan berhasil mewujudkannya. […] Presiden telah mengesahkan lebih dari dua lusin instruksi presiden [mengenai pengendalian senjata api],” ungkapnya.

Pekan ini, Biden juga mengutuk kekerasan yang terjadi Sabtu lalu dan meminta rakyat AS untuk mengurangi perpecahan.

“Kita harus menurunkan suhu… tidak ada ruang untuk kekerasan di Amerika. Penting bagi kita untuk benar-benar memahami hal ini dengan jelas,” kata Jean-Pierre ketika ditanya apakah Biden berencana untuk mengurangi retorika politiknya.

Pesan dari Gedung Putih itu disampaikan setelah Biden menyebut Trump sebagai “ancaman bagi demokrasi” pada sejumlah kesempatan. Trump telah berulang kali mengatakan “Anda tidak akan memiliki sebuah negara” jika Biden terpilih kembali.

J.D. Vance, calon wakil presiden yang dipilih Donald Trump, menyalahkan retorika politik Biden atas upaya pembunuhan terhadap Trump Sabtu lalu.

“[Peristiwa] hari ini bukanlah sebuah kejadian yang terisolasi. Premis utama kampanye Biden adalah bahwa Presiden Donald Trump seorang fasis otoriter yang harus dihentikan dengan cara apa pun. Retorika itu langsung berujung pada upaya pembunuhan Presiden Trump,” tulisnya pada unggahan X setelah peristiwa tersebut.

Dalam wawancara dengan NBC News pada Senin, Biden menyesal telah mengatakan bahwa “ini saatnya untuk membidik Trump.” Tapi Biden membela pernyataannya dengan menyebut bahwa mantan presiden Trump memang sebuah “ancaman”.

“Begini, bagaimana sebaiknya Anda membahas ancaman terhadap demokrasi, yang memang nyata, ketika seorang presiden mengatakan hal-hal seperti yang ia (Trump) katakan?” kata Biden dalam wawancara tersebut.

Beberapa pengamat ragu seruan Biden untuk meredakan suhu politik akan membawa perubahan besar terhadap lansekap politik AS.

“Saya rasa dampak langsung [setelah penembakan itu] adalah bahwa peristiwa itu akan meningkatkan retorika kekerasan dan orang-orang akan menjadi lebih keras dan vokal dalam menjelek-jelekkan lawan politik mereka,” kata Valentine.

“Sayangnya, saya rasa di situlah kita berada, dan itulah yang sudah mulai kita saksikan.” [rd/rs]

Anita Powell berkontribusi pada laporan ini dari Gedung Putih.

Forum

XS
SM
MD
LG